ARTICLE AD BOX
loading...
Israel tidak bakal kembali bertempur melawan Hamas. Foto/X
GAZA - Israel 'kehabisan pilihan' untuk kembali bertempur di Gaza. Itu menunjukkan Israel enggan kembali bertempur melawan Hamas. Itu menunjukkan sinyal kekalahan Zionis.
4 Alasan Israel Tidak Akan Kembali Berperang Melawan Hamas, Salah Satunya Tunduk pada Trump
1. Israel Fokus ke Perundingan dengan Negara-negara Arab
"Pemerintah Israel berorientasi jangka pendek tetapi juga menyadari adanya perundingan Arab untuk membentuk rencana bagi masa depan Gaza dan perubahan sikap pemerintahan Trump," kata komentator politik Israel Ori Goldberg.
2. Israel Tidak Memiliki Ketahanan nan Kuat
"Lebih dari apa pun, saya pikir pemerintah Israel kehabisan pilihan. Kembalinya perang mungkin terjadi seperti pembersihan etnis terhadap sekitar dua juta penduduk Palestina; artinya, tidak sama sekali. Israel tidak mempunyai ketahanan, sumber daya, alias dukungan," katanya kepada Al Jazeera dari Tel Aviv.
"Kami selalu dapat mengebom dan membunuh dan kami telah melakukannya selama gencatan senjata, tetapi saya pikir pemerintah, terutama perdana menteri, menyadari situasi tersebut. Para menteri pemukim sayap kanan mempunyai persediaan nan banyak, tetapi seluruh pemerintahan menyadari apa nan terjadi di lapangan."
Baca Juga: Rusia Tetap Jadi Pemenang, Ukraina Kalah Memalukan
3. Netanyahu Akan Kalah pada Pemilu
Goldberg mengatakan jika Menteri Keuangan sayap kanan Bezalel Smotrich keluar dari pemerintahan, peluangnya untuk memasuki parlemen dalam pemilihan berikutnya tidak besar.
“Dan Anda kudu mengingat satu kebenaran penting: Jika para pemukim menarik diri dari pemerintahannya, Netanyahu bakal mendapatkan semua support parlemen nan diinginkannya dari oposisi saat ini, nan mendukung kesepakatan gencatan senjata meskipun bukan akhir perang,” kata master tersebut.
“Paling buruk, Netanyahu bakal mempunyai pemerintahan minoritas alias pemerintahan persatuan nasional hingga pemilihan umum diadakan, nan bakal menyantap waktu lama lantaran keadaan darurat nan sedang berlangsung.”
4. Tunduk pada Keinginan Perdamaian Versi Trump
Analis politik Xavier Abu Eid mengatakan penugasan Ron Dermer, orang kepercayaan lama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, untuk memimpin tim negosiasi Israel membikin perbedaan krusial bagi masa depan perundingan.
“Itu membikin perbedaan besar lantaran Dermer adalah seseorang nan bekerja untuk Netanyahu, bukan untuk negara,” katanya.
Analis tersebut menekankan bahwa langkah Netanyahu serupa dengan apa nan dilakukan perdana menteri saat Barack Obama menjadi presiden AS dengan menugaskan pengacara pribadinya untuk memimpin perundingan.
"Itu adalah pengacau di meja perundingan, nan mencegah kemajuan apa pun dalam perundingan," kata Abu Eid.
"Memang betul bahwa Presiden Trump mungkin mempunyai posisi nan lebih langsung dalam perihal mencapai suatu tujuan dalam perundingan," tambahnya.
"Memang betul juga bahwa Netanyahu mempunyai banyak pengalaman dalam berurusan dengan AS."
(ahm)