ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Sebanyak 84 penduduk negara Indonesia (WNI) nan terjebak dalam jaringan penipuan di Myanmar akhirnya dibebaskan dan dijadwalkan pulang ke Indonesia pada hari Jumat (28/02). Mereka adalah bagian dari lebih dari 7.000 orang nan ditahan di Myawaddy, kota perbatasan Myanmar, setelah operasi campuran oleh Thailand, Myanmar, dan Cina membongkar sindikat jaringan penipuan di Myanmar.
Ratusan ribu orang diperkirakan telah diperdaya untuk bekerja di Myanmar, Kamboja, dan Laos dengan iming-iming pekerjaan menarik. Namun, kenyataannya mereka justru dipaksa melakukan beragam modus penipuan, seperti penipuan asmara, investasi bodong, hingga pertaruhan ilegal. Banyak dari mereka nan akhirnya terjebak dalam kondisi kerja nan tidak manusiawi.
Menurut Kementerian Luar Negeri Indonesia, 84 WNI tersebut terdiri dari 69 laki-laki dan 15 perempuan, dalam kondisi sehat. Mereka diterbangkan ke Jakarta menggunakan tiga penerbangan komersial pada hari Jumat (28/02). Sebelumnya, Kemlu RI menyebut ada sekitar 270 WNI nan terjebak di Myanmar, tetapi belum jelas kenapa hanya 84 orang nan bisa dipulangkan dalam gelombang pertama ini.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengungkapkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sekitar 6.800 penduduk Indonesia telah menjadi korban penipuan kerja ilegal. Mereka dipaksa bekerja di operasi pertaruhan online dan skema investasi bodong di Myanmar dan negara lain.
Operasi pemberantasan penipuan tetap minim hasil
Upaya nan sedang berjalan untuk memberantas pusat-pusat penipuan di sepanjang perbatasan Thailand dengan Myanmar sejauh ini baru sukses menyelamatkan sebagian mini pekerja. Seorang personil parlemen oposisi terkemuka di Thailand menyerukan tindakan nan lebih komprehensif untuk memberantas industri terlarangan nan terus berkembang pesat ini.
Thailand, dengan support Cina, berupaya membongkar pusat-pusat penipuan di wilayah Myawaddy, Myanmar. Wilayah ini merupakan bagian dari jaringan operasi terlarangan berbobot tinggi di Asia Tenggara nan dalam beberapa tahun terakhir telah memperdagangkan ratusan ribu orang ke dalam jeratan sindikat kriminal, menurut laporan PBB.
Operasi pemberantasan jaringan penipuan di Myanmar ini dilakukan setelah pertemuan antara Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, dan Presiden Cina, Xi Jinping, di Beijing pada awal Februari lalu. Dalam pertemuan itu, Thailand berkomitmen untuk menindak jaringan penipuan internasional. Sebagai bagian dari upaya ini, Thailand telah memutus pasokan listrik, internet, dan gas ke beberapa wilayah di Myanmar nan diketahui menjadi pusat aktivitas penipuan di perbatasan.
Rangsiman Rome, tokoh utama dalam upaya menindak pusat-pusat penipuan nan telah merugikan masyarakat Thailand hingga ratusan juta dolar, mengungkapkan kepada Reuters bahwa sekitar 300.000 orang bekerja di pusat-pusat penipuan di Myawaddy. Namun, kurang dari 10.000 orang telah sukses diselamatkan.
"Itu berfaedah kerajaan penipuan ini tetap berdiri... kita hanya mengguncangnya sedikit," ujar Rangsiman, ketua komite parlemen Thailand untuk keamanan nasional dan urusan perbatasan.
Ia nan telah mengunjungi beberapa wilayah perbatasan itu mengatakan ada sekitar 40 pusat penipuan di sana, meski tidak menyebut bukti spesifik. "Jika kita berakhir sekarang, mereka bisa terus menjalankan bisnisnya," tambahnya.
Keterkaitan oknum militer Myanmar dalam sindikat penipuan
Militer Myanmar diduga terlibat dalam jaringan penipuan nan beraksi di perbatasan, terutama di Myawaddy. Wilayah ini menjadi pusat aktivitas sindikat nan memperdagangkan ribuan orang untuk bekerja di pusat penipuan digital, termasuk skema investasi tiruan dan pertaruhan ilegal.
Salah satu tokoh nan disebut berkedudukan besar adalah Kolonel Saw Chit Thu, pemimpin Pasukan Penjaga Perbatasan (Border Guard Force/BGF) Myanmar. Kelompok ini merupakan milisi pro-junta nan beraksi di Myawaddy dan diduga memberikan perlindungan bagi operasi penipuan di wilayah tersebut. "Kami tahu dia mempunyai hubungan kuat dengan pihak Thailand," ujar personil parlemen oposisi Thailand, Rangsiman Rome.
Sementara, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menegaskan bahwa pemberantasan pusat penipuan ini adalah prioritas pemerintah. Perhatian terhadap masalah ini meningkat setelah penculikan tokoh Cina Wang Xing di Thailand bulan lalu. Wang ditemukan di Myawaddy, diselamatkan, dan dipulangkan ke negaranya setelah kejadian tersebut memicu kemarahan besar di media sosial Cina.
Saat ini, lebih dari 7.000 penduduk asing, sebagian besar dari Cina, menunggu untuk dipulangkan dari Myanmar. Namun, Thailand tetap menghadapi tantangan besar dalam memberantas jaringan penipuan ini lantaran adanya keterlibatan pejabat setempat.
"Sudah saatnya menghentikan korupsi di Thailand," tegas Rangsiman, seraya menyerukan tindakan lebih tegas terhadap pihak-pihak nan melindungi operasi terlarangan ini.
rs/ha (AP, Reuters)
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu