ARTICLE AD BOX
Dalam menyambut datangnya puasa di bulan Ramadan, Riska Handayani, seorang ibu rumah tangga berdomisili di Cipinang, Jakarta Timur, nyaris tidak pernah tidakhadir membeli buah kurma di Pasar Tanah Abang. Buah favorit Nabi Muhammad SAW ini telah menjadi menu kegemaran bagi umat Islam di bulan suci Ramadan untuk berbuka puasa. Riska pun memilih mengkonsumsi kurma saat berbuka puasa untuk mengikuti aliran Rasulullah.
Setelah memilah buah kurma dengan teliti, wanita berumur 43 tahun itu membawa pulang satu kantong plastik berisi 3 kg kurma. “Saya beli stok buah Kurma Ajwa sama Kurma Sukari. Bukan buat sendiri ini tapi buat dibagi-bagi juga ke family adik saya, ” tutur Riska kepada detikX. Saat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu, Riska pernah membeli kurma secara daring dan mendapati buah nan kualitasnya tidak sesuai harapan. Maka dari itu dia memilih membeli kurma secara langsung agar bisa menyeleksi buah sesuai keinginannya.
Di antara sekian banyak jenis kurma, Kurma Ajwa merupakan salah satu jenis kurma popular dengan nilai premium. Riska membeli satu kilo Kurma Ajwa dengan nilai Rp 200 ribu. Kurma Ajwa mempunyai corak bulat dengan tekstur kulit lembut tetapi mengkerut. Sementara daging buahnya mempunyai rasa manis seperti kismis dan tekstur dagingnya tidak terlalu lembut. Riska dan keluarganya biasa berbuka puasa dengan tiga butir kurma untuk setiap personil keluarganya.
“Menu nan lain boleh apa aja, tapi kurma kudu selalu ada dan dimakan pas buka puasa,” katanya. Sementara untuk Kurma Sukari, Riska memilih untuk mengolahnya menjadi menu lain lantaran jika langsung dikonsumsi, rasanya terlalu manis. “Biasanya saya pakai Sukari buat bikin saribuah kurma. Resepnya kurma kombinasi sama susu dan air diblender jadi satu.”
Selain lantaran rasanya nan manis dan teksturnya nan legit, Riska menyukai buah kurma lantaran mempunyai banyak faedah kesehatan nan dapat mendukungnya menjalani puasa di bulan Ramadan. Buah kurma telah dikenal sebagai sumber daya lantaran kurma kaya bakal karbohidrat alami, terutama gula alami seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa nan memberikan dorongan daya instan. Dr dr Nurul Ratna Mutu Manikam M.Gizi, SpGK (K) menjelaskan, selain mengandung gula sebagai kebutuhan asupan karbohidrat seseorang, kurma juga rupanya mempunyai kandungan kalium.
"Biasanya orang-orang berpuasa itu bakal kekurangan elektrolit, kekurangan kalium, natrium, sehingga bisa digantikan dari kurma tersebut," jelasnya. Kurma juga disebut dr Nurul mempunyai serat nan bisa membantu menetralisir kandungan gula tidak terlalu tinggi saat masuk ke tubuh. "Serat ini juga berfaedah buat tubuh lantaran dia mengandung serat larut, jadi kurma nan alami, maksudnya bukan ada tambahan gulanya, itu kan manisnya nan manis biasa-biasa saja, itu dia meningkatkan kadar glukosa darah dengan sigap tetapi nggak menyebabkan langsung glukosanya tinggi, lantaran kandungan serat di dalamnya," pungkasnya.
Meskipun Indonesia bukan produsen kurma, setiap bulan Ramadhan, buah kurma membanjiri toko-toko ritel dan pasar di Indonesia. Berbagai jenis kurma popular seperti Ajwa, Sukari, Mendjool, Hallawi, Khudri dan tetap banyak lagi bisa ditemukan di sana. Toko penjual kurma di Tanah Abang nan terletak di Blok B ini juga turut kebanjiran pembeli. Evi Kurniasih, salah satu pedagang kurma di Tanah Abang sudah berdagang selama 20 tahun. Perempuan asal Cianjur, Jawa Barat, ini tidak hanya menggeluti upaya kurma. Ia juga berdagang oleh-oleh haji dan umrah seperti air zam-zam, coklat dan kacang-kacangan. Kurma nan dia jual bervariasi dari segi jenis dan harganya.
“Kita ada dari Kurma Mesir, Tunisia, Madinnah, Azwa juga paling favorit, ya, di sini. Harganya mulai dari Rp 50 sampai Rp 300 ribu per kilo,” tuturnya.
Evi berani menjamin kurma nan dia jual adalah kurma original dan tidak menggunakan pemanis buatan. Menurutnya, kurma original justru tidak bakal dikerubuti semut lantaran rasa manisnya berasal dari dalam buah. “Justru nan dikerubungin semut itu bisa jadi tanda-tanda pakai pemanis tambahan,” ungkap Evi.
Sejak beberapa hari lalu, Evi dan penjual kurma di Tanah Abang sudah merasakan kenaikan penjualan dibandingkan sebelumnya. Peningkatan ini bisa berjalan hingga puncaknya menjelang Hari Raya Idul Fitri. “Kalau naik udah dari Rabu kemarin, ya. Dari omzet pasti ada kenaikan, presentasenya sekitar 20-30%,” katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) turut mencatat terjadi kenaikan impor kurma menjelang Ramadan nan jatuh pada 1 Maret 2025. Tren kenaikan ini disebut sudah terlihat sejak beberapa bulan lalu. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan impor kurma pada Januari 2025 sebanyak 16.426 ton dengan nilai US$ 20,68 juta. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan Desember 2024 nan tercatat sebanyak 10.555 ton.
Pada Januari 2025 paling banyak berasal dari Mesir sebanyak 10,15 ribu ton dengan andil 61,80%, dari Arab Saudi sebanyak 1,88 ribu ton dengan andil 11,42%, serta dari Uni Emirat Arab sebanyak 1,76 ribu ton dengan andil 10,71%.
"Kalau kita lihat dari negara asalnya, impor kurma terbesar berasal dari Mesir sebanyak 10,15 ribu ton dengan kira-kira share-nya adalah sebesar 61,80% terhadap total impor kurma Indonesia," imbuhnya
Sementara pada Januari 2024, besaran impor kurma mencapai 13,65 juta dollar AS alias sekitar Rp 213,25 miliar. Pada Februari 2024 mencapai 17,18 juta dollar AS alias setara dengan Rp 268, 4 miliar. Sebagian besar kurma berasal dari Tunisia, Mesir, Iran, dan Arab Saudi.