ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Friedrich Merz, ketua partai konservatif CDU, diprediksi bakal menjadi kanselir Jerman dalam hasil Pemilu Jerman nan digelar pada 23 Februari.
Blok kanan-tengahnya (CDU/CSU) telah lama unggul dalam jajak pendapat, meraih sekitar 30% bunyi secara stabil, dan Merz telah lama dianggap sebagai penantang utama bagi kanselir petahana Jerman Olaf Scholz dari Partai SPD nan berpatokan kiri-tengah.
Kemenangan ini juga menandai kembalinya Merz ke puncak pekerjaan politiknya di Jerman. Merz, nan saat ini berumur 69 tahun, bakal menjadi kanselir tertua kedua sejak Konrad Adenauer, kanselir pertama Jerman, nan menjabat pada 1949 di usia 73 tahun.
Scholz dan Merz sama-sama berlatar belakang hukum, tetapi kesamaan mereka berakhir di situ. Merz, dengan tubuhnya nan tinggi, adalah sosok nan dominan, baik saat memasuki ruangan maupun di atas panggung. Ia tampak ramah dan apalagi humoris, meskipun terkadang terlihat canggung saat dia membungkuk untuk berbincang dengan orang lain.
Keluar dari politik, masuk ke bumi bisnis, kembali lagi ke politik
Ketika Angela Merkel mengambil alih kepemimpinan fraksi CDU di parlemen pada 2002 dan menjadi kanselir pada 2005, Merz nan berpatokan lebih konservatif memilih mundur dan menjauh dari politik selama bertahun-tahun.
Dibandingkan dengan Merkel, nan dikenal lebih taktis, tenang dan penuh kalkulasi saat mengambil keputusan, Merz dinilai lebih berani mengambil akibat politik.
Pada konvensi terakhir partai CDU di akhir Januari lalu, dia membuktikan perihal itu dengan mencoba meloloskan undang-undang imigrasi nan lebih ketat di parlemen, dengan support partai populis sayap kanan AfD.
Langkah ini memicu kontroversi di seluruh negeri, di mana para pengunjuk rasa mengecam kerja sama tersebut sebagai pelanggaran besar terhadap topik tabu pascaperang, nan melarang kerjasama dengan golongan sayap kanan ekstrem.
Namun, Merz tampaknya memandang langkah itu sebagai strategi untuk menekan ketenaran AfD nan anti-Imigrasi.
Setelah meninggalkan politik, Merz kembali meniti pekerjaan di sektor swasta. Sejak 2005 hingga 2021, Merz menjadi bagian dari firma norma internasional dan memegang posisi tertinggi sebagai majelis pengawas.
Namun, ketika Merkel mengumumkan pengunduran dirinya dari bumi politik pada 2021, Merz kembali dan perlahan naik ke puncak kekuasaannya. Pada 2022, CDU memilihnya sebagai ketua partai. Merz dikenal sebagai perwakilan sayap konservatif CDU dengan pandangan ekonomi liberalnya.
Pernyataan kontroversial Merz
Merz mempunyai sejarah panjang dalam mengeluarkan pernyataan kontroversialnya. Pada 1990-an, dia menolak pelonggaran undang-undang aborsi dan pemeriksaan genetik pra-implantasi. Ia juga terkenal lantaran menolak kriminalisasi pemerkosaan dalam pernikahan pada 1997.
Hampir 25 tahun lalu, dia mengkritik kebijakan imigrasi Jerman, menyebutnya "masalah dengan orang asing," dan menekankan perlunya "budaya utama" di Jerman.
Kini, beberapa rumor tersebut kembali dia angkat dalam konteks politik dan sosial Jerman nan berbeda. Dalam aktivitas bincang-bincang "Markus Lanz" pada Januari 2023, dia mengeluhkan kurangnya integrasi di Jerman dan menuding ada orang-orang "yang semestinya tidak berada di Jerman" tetapi "terlalu lama ditoleransi keberadaannya."
Ia juga menyebut, beberapa orang tua menolak otoritas pembimbing wanita untuk anak-anak mereka, nan dia gambarkan sebagai "pasha kecil." Pernyataannya itu memicu kecaman lantaran dinilai rasis. Namun, kritik dari dalam Partai CDU sendiri relatif minim.
Di panggung politik Berlin, Merz menyatakan bahwa fraksi CDU telah menemukan arah baru dalam beragam kebijakan utamanya. Merz mengatakan bahwa dia "memimpin proses ini di CDU dengan program dasar baru nan mengembalikan partai ke jalur nan benar."
Merz sekarang merepresentasikan CDU nan jauh lebih konservatif, meskipun pandangan pribadinya sendiri tidak banyak berubah dalam 20 tahun terakhir.
Pada November 2024, setelah koalisi pemerintahan Scholz nan terdiri dari Partai SPD, Partai Hijau, dan Partai FDP runtuh, Merz menyatakan bahwa "koalisi itu hanya tinggal sejarah."
Merz: Kiri sudah berakhir
Namun, Merz sekarang menghadapi tantangan utama dengan siapa partainya bakal membentuk pemerintahan koalisi baru.
Merz beberapa kali menegaskan tidak bakal berkoalisi dengan Partai AfD. Namun, beberapa jam sebelum pemilu berlangsung, dia juga mengkritik partai-partai besar Jerman lainnya, dengan menyatakan "kiri sudah berakhir. Tidak ada lagi kebanyakan kiri, tidak ada lagi politik kiri di Jerman."
Merz juga mengecam demonstrasi melawan ekstremisme sayap kanan dan menyatakan bahwa jika dia menang, dia bakal menjalankan politik untuk kebanyakan Jerman "yang berpikir lurus," bukan "untuk kaum hijau alias golongan kiri gila di bumi ini."
Komentarnya itu menuai reaksi keras dari Partai SPD.
"Friedrich Merz memperdalam perpecahan di tengah kerakyatan kita pada tahap akhir kampanye," tulis pemimpin SPD, Lars Klingbeil, di platform media sosial X.
"Ini bukan langkah berbincang seorang kanselir," tambah Sekretaris Jenderal SPD, Matthias Miersch. "Begitulah langkah 'Trump kecil' berbicara."
Merz mendapat ucapan selamat dari beberapa pemimpin dunia
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sangat menyambut baik kemenangan golongan konservatif di Jerman, dan menyebutnya sebagai "hari besar bagi Jerman dan AS."
Trump juga menulis di platform Truth Social miliknya, dengan mengatakan "sama seperti di AS, rakyat Jerman sudah capek dengan agenda nan tidak masuk akal, terutama dalam perihal daya dan imigrasi, nan telah berjalan selama bertahun-tahun."
Selain Trump, Presiden Prancis Emmanuel Macron juga memberikan selamat kepada Merz dan menekankan pentingnya kerja sama kedua negara untuk Eropa nan lebih kuat dan berdaulat.
Perdana Menteri Inggris Keir Starmer juga mengucapkan selamat, dengan mengatakan, "saya menantikan kerja sama dengan pemerintahan baru untuk memperdalam hubungan negara kita nan sudah kuat, meningkatkan keamanan bersama, dan mendorong pertumbuhan bagi kedua negara."
Tak ketinggalan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy turut mengucapkan selamat kepada Friedrich Merz atas kemenangannya dalam pemilu Jerman kali ini.
Zelenskyy mengatakan, dia menantikan "kelanjutan kerja sama dengan Jerman dalam melindungi banyak nyawa, membawa perdamaian untuk Ukraina lebih nyata dan lebih dekat, serta memperkuat kekuatan Eropa."
Merz juga telah menyatakan dukungannya untuk memberikan Ukraina rudal Taurus jarak jauh, di mana langkah itu sangat dihindari dalam pemerintahan Scholz lalu.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte apalagi mengatakan, "sangat krusial bagi Eropa untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan, dan kepemimpinan Merz bakal menjadi kuncinya."
Artikel ini diadaptasi DW dari bahasa Jerman
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu