ARTICLE AD BOX
Teheran -
Kementerian Luar Negeri Iran mengecam keras ancaman nan dilontarkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Gideon Saar soal "opsi militer" mungkin diperlukan untuk menghentikan keahlian nuklir negara tersebut. Teheran menyebut ancaman Tel Aviv itu "keterlaluan".
Dalam wawancara dengan media Politico, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (28/2/2025), Saar menyebut Iran telah memperkaya uranium nan cukup untuk bisa membikin "beberapa bom". Saar menyebut waktu nyaris lenyap untuk menangkal keahlian nuklir Teheran.
"Saya pikir untuk menghentikan program nuklir Iran sebelum dijadikan senjata, opsi militer nan dapat diandalkan kudu dipertimbangkan," cetus Saar dalam wawancara nan diterbitkan pada Rabu (26/2) waktu setempat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, menyebut pernyataan Saar itu sebagai komentar nan "keterlaluan dan tidak rasional".
"Menteri Luar Negeri rezim Israel dan para pejabat lainnya terus menakut-nakuti Iran dengan tindakan militer, sementara Barat terus menyalahkan Iran atas keahlian pertahanannya," kecam Baqaei dalam pernyataan via media sosial X.
Baqaei menambahkan bahwa di "wilayah nan dirusak oleh entitas pendudukan" -- merujuk pada Israel, "yang bertanggung jawab dan krusial adalah memaksimalkan keahlian pertahanan kami".
Awal bulan ini, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, berbareng Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio nan berkunjung, menegaskan Israel bakal "menyelesaikan tugas" terhadap Iran dengan support Washington DC.
Simak buletin selengkapnya di laman selanjutnya.
Iran tidak mengakui Israel, dan kedua negara telah menjadi musuh sengit selama beberapa dekade. Mereka saling melancarkan serangan langsung tahun lampau untuk pertama kalinya, saat ketegangan di area meningkat nan dipicu oleh perang Gaza.
Presiden AS Donald Trump, nan kembali ke Gedung Putih untuk masa kedudukan kedua pada Januari lalu, telah menerapkan kembali kebijakan hukuman "tekanan maksimum" terhadap Iran, nan mencerminkan pendekatan pada masa kedudukan pertamanya.
Berdasarkan kebijakan ini, AS secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara besar di dunia, dan menuduh Teheran mengembangkan senjata nuklir. Tuduhan semacam itu sudah acapkali dibantah oleh Iran.
Namun laporan rahasia Badan Energi Atom Internasional (IAEA), nan dilihat oleh AFP pada Rabu (26/2) waktu setempat, menyebut Iran telah secara signifikan meningkatkan pasokan uranium nan telah diperkaya dalam beberapa bulan terakhir.
Teheran bersikeras menegaskan program nuklirnya semata-mata untuk tujuan tenteram dan menyangkal niat untuk mengembangkan senjata atom.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu