ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Beberapa hari terakhir ada demo nan dipelopori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia. Tuntutan mereka banyak tetapi nan paling berangkaian langsung dengan kelangsungan studi mereka adalah soal duit kuliah tunggal (UKT) dan kartu Indonesia Pintar (KIP) nan kemungkinan bakal terdampak efisiensi anggaran.
Menteri Keuangan dalam rapat kerja dengan DPR memastikan tidak bakal meningkatkan UKT dan menghentikan alias mengurangi biaya untuk KIP. Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi nan baru juga telah menginstruksikan kepada para rektor untuk tidak meningkatkan UKT sebagaimana nan dituntut oleh para mahasiswa. Namun, di internal, para rektor dan jajarannya tentu kudu mengambil langkah-langkah strategis untuk bisa mengelola finansial seefisien mungkin.
Bagaimana caranya dengan adanya efisiensi anggaran, operasional perkuliahan tetap melangkah dan tidak meningkatkan UKT? nan paling memungkinkan adalah acara-acara seremonial nan menyantap banyak biaya kudu dipangkas. Misalnya, rapat kerja tidak perlu dilakukan di hotel. Cukup adakan rapat-rapat di dalam kampus saja. Kalau ada rapat tidak perlu pesan snack alias makan siang nan terlalu banyak. Cukuplah dengan membeli kopi saset dan kue kering misalnya.
Kuliah juga sebaiknya dimaksimalkan diadakan secara online dengan membangun Learning Management System (LMS) nan bagus dan andal. Saat ini masing-masing kampus sudah banyak nan mengembangkan LMS nan bagus. Jika memungkinkan, kampus-kampus bisa saling bekerja sama untuk membangun pembelajaran online nan bagus dan bisa saling berbagi jika ada satu alias dua mata kuliah nan saling berkaitan.
Sekarang mahasiswa lebih senang pembelajaran online daripada tatap muka di kelas. Pembelajaran online ini didesain agar mahasiswa bisa belajar sesuai dengan irama belajar mereka sendiri. Jadi pengajar sudah menyiapkan agenda belajar di dalam LMS beserta tugas-tugas nan kudu dikerjakan. Mahasiswa dapat mengeksplorasi materi pelajaran sendiri.
Belajar dari kampus di Australia, mereka sekarang juga melakukan penghematan dengan mengurangi staf manajemen dan juga tenaga pengajar pengajar dan pembimbing dan lebih banyak menerapkan pembelajaran online. Namun, di Indonesia tentu tidak sefleksibel tata kelola kepegawaian seperti di Australia. Sehingga pengurangan tenaga kerja tentu kudu dihindari. Lalu gimana langkah strategisnya?
SDM nan ada perlu dilibatkan dalam pengelolaan pembelajaran online, misalnya membantu para pengajar dalam menggunakan LMS. Kebijakan membikin perkuliahan secara online perlu didukung dengan prasarana nan memadai. Misalnya, kesiapan internet dan juga aplikasi untuk pertemuan secara online nan tentu memerlukan anggaran tersendiri. Beberapa kampus telah bekerja sama dengan perusahaan jasa internet dan manajemen perkantoran digital, misalnya dengan Microsoft Office.
Yang tidak kalah pentingnya adalah keahlian para pengajar untuk secara imajinatif membikin pembelajaran online secara lebih bermakna. Artinya, kuliah online itu bukan sekadar mengganti mode pembelajaran nan biasanya hanya sebatas pidato secara tatap muka kemudian diganti dengan secara online. Bukan demikian maksud dari pembelajaran online tetapi gimana mahasiswa bisa mencapai sasaran kompetensi mata kuliah mulai serangkaian pembelajaran berdikari dan mengikuti irama belajar mahasiswa sendiri (self pace) masing-masing.
Selain itu perlu ada juga support kuat dari tim IT untuk betul-betul mendukung kelancaran pembelajaran secara online. Sebetulnya secara SDM kampus tidak kurang lantaran sudah banyak berdiri lembaga-lembaga nan konsentrasi pada perihal pengelolaan IT. Tinggal gimana SDM nan ada itu betul-betul berfaedah secara maksimal dan tidak hanya berjuntai pada satu dua orang perseorangan nan dianggap ocehan dan segala urusan IT ditangani oleh segelintir orang saja tanpa kerjasama tim nan kuat.
Pertanyaannya, mungkinkah penghematan anggaran kampus bisa melangkah dengan baik tanpa meningkatkan UKT? Tentu jawaban optimisnya adalah bisa. Semua ini tergantung pada iktikad baik dan kemauan keras untuk secara imajinatif mencari jalan nan terbaik. Oleh lantaran itu pengelola kampus perlu betul-betul merancang satu program kampus nan betul-betul terasa dampaknya bagi penguatan kualitas pembelajaran di kampus dengan target-target nan jelas.
Bukankah seringnya kampus bingung menghabiskan anggaran pada akhir tahun lantaran belum terserap sehingga berhujung pada menghambur-hamburkan anggaran untuk tujuan nan tidak produktif misalnya untuk menyewa hotel dan pergi berekreasi nan menyantap anggaran nan tidak sedikit?
Waliyadin pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; mahasiswa PhD di University of Canberra, Australia
(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu