ARTICLE AD BOX
Banjir kiriman merendam Jakarta. Warga pun kudu menjalani ibadah puasa di tengah kepungan banjir.
Petaka banjir ini berasal Bendung Katulampa Bogor mencatat Tinggi Muka Air (TMA) Sungai Ciliwung mencapai ketinggian 220 centimeter pada Minggu (2/3) malam. Bendung Katulampa berstatus Siaga 1 banjir.
"Kami mendapatkan laporan dari Bendung Katulampa, tepatnya pukul 21.00 WIB debit air dan ketinggian di Bendung Katulampa sudah mencapai 200 centimeter. Artinya kita sudah masuk ke Siaga 2 dan separuh jam kemudian sekitar pukul 21.33 WIB debit air meningkat jadi 220 centimeter (Siaga 1)," kata Wali Kota Bogor Dedie A Rachim kepada wartawan.
Dedie mengimbau penduduk Jakarta nan tinggal di bantaran sungai untuk waspada terhadap ancaman banjir. Air kiriman dari Bendung Katulampa diprediksi tiba di wilayah Jakarta mulai pukul 06.30 WIB.
Benar saja, pada Senin (3/3) pagi, banjir kiriman tiba di Jakarta. Sungai Ciliwung sampai meluap hingga airnya merendam area sekitar sungai. Titik banjir terdapat di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Setinggi Atap Rumah
Ilustrasi banjir di Jakarta (Foto: Rifkianto Nugroho/)
Gapura-gapura nan ada di sana 'tenggelam' oleh banjir. Di letak apalagi motor nan tetap terparkir di depan rumah. Motor itu belum dievakuasi pemiliknya padahal sudah terendam.
Sebagian besar penduduk sudah mengungsi. Namun ada juga nan tetap memperkuat di rumahnya dengan menempati lantai 2. Adapun di Jalan Masjid Al-Makmur, terlihat perahu karet milik petugas hilir mudik.
Sahur Bersama Banjir
Ilustrasi banjir di Jakarta (Foto: Rifkianto Nugroho/)
Minharudin (43) penduduk RT 5/RW 8 menuturkan, banjir dari luapan air Kali Ciliwung sampai rumahnya sekitar pukul 03.00 WIB. Kala itu dia dan family sedang tidur lelap di rumah, lampau terbangun lantaran tetangga ramai mengevakuasi diri.
"Saya lagi tidur, lantaran dari bawah banyak nan ngungsi, ramai dari bawah, 'wah banjir ini'," kata Miharudin saat ditemui di rumahnya.
Air berangsur-angsur masuk ke rumah Minharudin. Pada momen itu, dia dan keluarganya berupaya mengevakuasi barang-barang sebelum air merendam rumahnya.
"Nggak langsung keluar kita, tetap sempat buat nyelametin peralatan dulu. Ditaruh di loteng, sebagian di sana aja di tetangga nan tanahnya agak tinggi, paling kulkas, motor, lemari satu. Kalau peralatan nan lain plastik-plastik tetap aman," jelasnya.
Warga lainnya, Solihan (45), terpaksa memasak santap sahur sejak pukul 21.00 WIB. Hal ini dia lakukan usai memandang hujan nan tak kunjung berhenti.
"Sampai dipastikan siaga 1, kita pindahin barang-barangnya. Kalau sahur kita masak jam 21.00 WIB malam, abis itu kita pindahin semua kompor makanannya ke atas," kata Solihan
Warga Pejaten Timur sudah mengerti betul bisa hujan deras turun maka kudu siap-siap mengangkut peralatan dalam rumah ke area nan lebih tinggi.
Seperti Solihan, Fauzi dan keluarganya juga mempersiapkan makanan sahur lebih awal. Sehingga saat banjir merendam rumahnya ketika sahur, dia sudah punya makanan nan bisa disantap.
"Sempat sahur, kok. Masaknya dimajui," tuturnya.
Buka Puasa Pakai Nasi Box
Ilustrasi banjir di Jakarta (Foto: Rifkianto Nugroho/)
Mereka mengandalkan support nasi boks dari beberapa lembaga untuk membatalkan puasa. Nasi boks itu dibagikan kepada korban banjir sekitar pukul 17.00 WIB.
"Mau masak juga susah, airnya juga belum ada, kompornya susah ngeluarin. Mau beli bahannya ke luar juga (tapi) ini tetap beres-beres di rumah," jelasnya.
Warga lainnya, Pipit (45), kelelahan mengurus rumahnya nan penuh sisa lumpur. Ia sama sekali tak kepikiran masak untuk buka puasa.
Pipit dan keluarganya mendapat jatah tiga nasi box untuk dibagi ke tiga orang, suami dan anaknya. Bantuan mini ini menurutnya sangat membantu lantaran kondisinya belum memungkinkan untuk memasak sendiri
"Alhamdulillah family saya kebagian nasi boks. Tadi ada nan bawa, terus dibagi satu-satu," ucapnya.
(isa/isa)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu