Sinopsis 'i’m Still Here', Film Brasil Yang Menangkan Best International Feature Film Di Oscars 2025

Sedang Trending 4 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

- Berlatar pada tahun 1970-an, movie I’M STILL HERE membawa kita kembali pada masa diktator militer nan terjadi di Brasil dari tahun 1964-1985. Film ini menceritakan kehidupan family Paiva nan terdiri dari sepasang suami istri, Rubens (Selton Mello) dan Eunice (Fernanda Torres) serta lima anak mereka nan mempunyai kehidupan selaras dan menyenangkan.

Hari-hari senang nan mereka lalui perlahan berubah ketika mobil nan Vera tumpangi diberhentikan oleh abdi negara dalam perjalanan pulang berbareng teman-temannya membikin situasi mulai mencekam. Situasi Brasil nan tidak baik-baik saja mulai terlihat melalui beberapa kejadian nan terjadi setelahnya. Sampai suatu hari, pihak abdi negara mendatangi rumah family Paiva dan membawa Rubens untuk dimintai pernyataan.

Kepergian Rubens nan dibawa oleh pihak abdi negara menjadi awal dari perjalanan Eunice dan kelima anaknya. Karakter Eunice nan kuat dan berupaya untuk melindungi anak-anaknya membikin kita larut dalam segmen cerita nan dibawakan. Tak hanya itu, movie ini diadaptasi dari novel autobiografi karya Marcelo Rubens Paiva nan berjudul Ainda estou aqui nan terbit pada 2015 lampau sehingga membikin movie ini menghidupkan kembali perjalanan family Paiva.

1. Politik Diktator Militer dan Perjuangan Seorang Ibu

(Credit Image: youtube.com/@SonyPicturesClassics)

Keharmonisan family Paiva kudu hancur lantaran sang ayah nan dibawa paksa oleh abdi negara militer di rumah mereka nan terletak di pinggir pantai kota Rio de Jainero. Kepergian Rubens nan tiba-tiba memberikan tanda tanya bagi family dan kerabatnya. Pihak abdi negara pun tidak memberitahukan dengan jelas ke mana mereka membawa Rubens sehingga membikin family bingung bakal kondisi Rubens pada saat itu.

Tak mau terlarut dalam kesedihan, Eunice berupaya terlihat kuat di depan anak-anaknya sembari terus berupaya untuk mengetahui keberadaan suaminya. Perjuangan Eunice mencari keadilan dilakukan dengan mendatangi pihak abdi negara hingga meminta support media pada saat itu agar mendapatkan respon dari masyarakat dan menolak untuk melupakan apa nan telah terjadi bagi suaminya dan family mereka sangat menyentuh hati para penonton.

2. Diangkat Dari Kisah Nyata Rubens Paivan

(Credit Image: youtube.com/@SonyPicturesClassics)

I'M STILL HERE diadaptasi dari kitab Marcelo Rubens Paiva, anak dari Rubens Paiva nan menjadi korban dari diktator militer Brasil. Bukunya nan berjudul Ainda estou aqui, Rubens menceritakan situasi Brasil nan dipimpin secara diktator pada tahun 1964-1985 nan menuai banyak kritikan dari masyarakat Brasil. Marcelo dianggap membongkar kejelekan negaranya dan tidak bisa melupakan masa lalu.

Cerita nan dibawakan dalam kitab autobiografi ini menarik perhatian Walter Salles hingga kemudian dijadikan movie dengan mengangkat topik nan sama. Penanyangan perdana I'M STILL HERE di Venice Film Festival 2024 menarik perhatian publik nan kemudian membawanya pada kemenangan di kategori Best International Feature Film di Academy Awards ke-97 (Oscars 2025).

3. Cetak Sejarah Sebagai Film Brasil Pertama Pemenang Best International Feature Film di Oscars 2025

(Credit Image: instagram.com/sonyclassics)

Setiap tahunnya sejak tahun 1960 Brasil selalu mengirimkan movie ke kategori movie internasional, dan pernah mendapatkan lima nominasi, ialah KEEPER OF PROMISES (1962), O QUATRILHO (1995), FOUR DAYS IN SEPTEMBER (1997), dan CENTRAL STATION (1998) hingga akhirnya I'M STILL HERE mencetak sejarah bagi perfilman Brasil dan sukses mengalahkan EMILIA P�REZ dari Perancis, THE GIRL WITH THE NEEDLE dari Denmark, THE SEED OF THE SACRED FIG dari Jerman, dan FLOW dari Latvia.

Penghargaan ini diterima oleh sutradara Walter Salles dan dalam pidatonya dia merasa terhormat telah menerima penghargaan tersebut dan beruntung berada dalam golongan kreator movie nan luar biasa. Dalam pidatonya Salles juga mengatakan, "Penghargaan ini untuk seorang wanita nan setelah mendapatkan banyak kerugian selama rezim otoriter, memutuskan untuk tidak menyerah dan tetap melawan. Dan juga untuk dua wanita luar biasa nan menghidupkan karakter tersebut, Fernanda Torres, dan Fernanda Montenegro."