Ketika Pengalaman Masa Lalu Membawa Anda ke Karmic Relationship
Pernahkah terbersit dalam pikiran, apakah hubungan yang sedang dijalani sebenarnya harus terjadi? Mungkin benar, tetapi itu tidak selalu berarti bahwa kalian berdua adalah belahan jiwa, atau bahwa hubungan akan bertahan lama. Ini bisa menjadi tanda dari sebuah hubungan karmik.
Istilah “karmic relationship” mungkin jarang dibahas, karena kebanyakan orang lebih familiar dengan istilah “toxic relationship”. Namun, karmic relationship juga bisa membawa kita ke dalam situasi yang beracun. Apakah Anda penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang karmic relationship? Yuk, simak definisi, tanda-tanda, dan cara mengatasinya dalam artikel ini, yang kami kutip dari Verywell Mind, Healthline, dan Forbes Health.
Mengenal Karmic Relationship
Menurut Ryan Sultan, seorang terapis, psikiater bersertifikat, direktur Integrative Psych, dan profesor riset di Universitas Columbia, karmic relationship adalah hubungan antar individu yang diyakini berakar pada pengalaman kehidupan masa lalu. Hubungan semacam ini seringkali berfungsi sebagai katalisator untuk pertumbuhan pribadi dan penyelesaian hutang atau pola karma.
Konsep karmic relationship merujuk pada filosofi karma India, yang percaya bahwa tindakan seseorang menentukan masa depan mereka, termasuk kehidupan masa depan melalui kelahiran kembali secara spiritual.
Hubungan ini seringkali penuh dengan gejolak romantis, intensitas, dan gairah. Namun, di balik itu semua, hubungan ini juga membawa suka dan duka. Rasa takut kehilangan yang tidak terkontrol bisa menciptakan situasi yang beracun.
Tanda-tanda Karmic Relationship
1. Emosi seperti roller coaster
Menurut Sanam Hafeez, seorang neuropsikolog dan anggota fakultas di Universitas Columbia, salah satu tanda paling umum dari karmic relationship adalah roller coaster emosional. Hubungan ini seringkali mengalami naik turun emosi, di mana kebahagiaan dapat berganti dengan kesengsaraan dalam waktu yang singkat. “Semua hubungan memiliki pasang surutnya, tetapi dalam karmic relationship, masa-masa sulit terasa seperti beban berat di dada,” tambah Hafeez.
2. Ketergantungan
Karmic relationship seringkali mirip dengan hubungan codependent karena menciptakan ketergantungan, yang akhirnya dapat mengonsumsi semua pikiran dan perasaan. Salah satu pihak mungkin merasa “tergantung” atau “bergantung” pada hubungan tersebut, sehingga mempersulit untuk mengakhiri hubungan.
3. Hubungan sepihak
Karmic relationship dapat memicu hubungan yang beracun, di mana salah satu pihak bersifat egois dan yang lainnya berusaha untuk membuat pasangan bahagia.
4. Takut kehilangan
Orang yang berada dalam karmic relationship seringkali sangat takut kehilangan pasangan dan sulit membayangkan jika hubungan tersebut berakhir. Hal ini dapat terjadi karena perasaan terikat yang kuat antara pasangan, meskipun keduanya mungkin tidak benar-benar bahagia bersama.
5. Pola Berulang
Karmic Relationship ditandai dengan adanya pola yang berulang, seperti konflik yang sering terjadi, dinamika kekuasaan yang tidak seimbang, atau masalah emosional yang terus muncul tanpa diselesaikan. Pola-pola ini menunjukkan bahwa ada pelajaran penting yang belum dipelajari atau masalah yang belum terselesaikan dari masa lalu.
Bagaimana Cara Mengakhiri Karmic Relationship
1. Berkomunikasi dengan jelas
Jelaskan batasan yang akan dan tidak akan ditoleransi ketika hubungan berakhir. Batasan ini bisa mencakup menutup komunikasi dengan menghapus dan memblokir kontak orang lain. Jika pasangan masih mencoba menghubungi, perhatikan bagaimana perasaan Anda. Jika Anda merasa marah karena orang tersebut tidak menghormati batasan yang telah ditetapkan, itu mungkin menjadi tanda bahwa hubungan tersebut tidak lagi sehat dan sudah saatnya untuk berpisah.
2. Tetapkan batasan
Setelah memutuskan untuk mengakhiri hubungan karmik, hindari untuk membicarakannya terus-menerus dengan pasangan. Hal ini dapat membantu menghindari pola argumen yang berulang, seperti yang dijelaskan dalam tanda-tanda karmic relationship.
3. Tetapkan rencana perpisahan yang dapat dilakukan
Ingatkan diri Anda tentang tujuan pribadi di luar hubungan untuk membantu mempertahankan batasan dan tekad. Siapkan segala persiapan yang diperlukan setelah meninggalkan hubungan, termasuk mencari tempat tinggal terpisah jika saat ini Anda tinggal bersama.
4. Bersandarlah pada orang-orang yang mendukung Anda
Carilah dukungan dari orang-orang terdekat agar dapat melewati masa transisi ini dengan lebih baik. Dukungan dari orang-orang yang peduli dapat memberikan kekuatan dan stabilitas selama proses pemulihan.
5. Fokus pada pertumbuhan pribadi
Lakukan kegiatan yang menyehatkan seperti makan sehat, berolahraga, dan menyalurkan hobi yang memuaskan. Selain itu, pertimbangkan untuk menjalani terapi untuk membantu Anda fokus pada diri sendiri, mencatat pengalaman baik dan buruk, serta menggunakan pengalaman tersebut sebagai pembelajaran untuk pertumbuhan pribadi dan kesiapan dalam hubungan yang lebih sehat di masa depan.
Leave a Comment