Keindahan dan Kekayaan Wastra Songket dengan Pewarna Alam Tampil di JFW 2025

Keindahan dan Kekayaan Wastra Songket dengan Pewarna Alam Tampil di JFW 2025

Kekayaan warisan tekstil Nusantara memang tak tertandingi, selalu menawarkan keindahan yang tak pernah habis untuk dieksplorasi. Pada kesempatan kali ini, desainer Temma Prasetio dan Maya Ratih telah berhasil menghadirkan sentuhan kontemporer pada kain songket dalam ajang Jakarta Fashion Week (JFW) 2025 dengan menggunakan teknik pewarnaan alami yang memukau.

Kolaborasi ini diinisiasi oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) melalui Perkumpulan Istri Karyawan Pupuk Indonesia (PIKA-PI) dengan tujuan membawa karya UMKM binaan ke panggung internasional di JFW 2025. PIKA-PI mempersembahkan kain songket Palembang dari UMKM binaan Pupuk Indonesia dengan sentuhan elegan yang tetap menghormati nilai kebudayaan lokal.

Direktur Sumber Daya Manusia Pupuk Indonesia, Tina T Kemala Intan mengungkapkan bahwa saat ini Pupuk Indonesia memiliki 1.817 UMKM binaan, di antaranya terdapat 336 perajin tekstil Nusantara. Desainer Temma Prasetio dan Maya Ratih secara konsisten memberikan pembinaan dan inspirasi desain kepada UMKM binaan wastra, sehingga mampu menciptakan kain songket berkualitas tinggi yang siap bersaing dalam industri fesyen.

Temma Prasetio, desainer menswear yang telah meraih banyak prestasi, kali ini berhasil meramu kain songket Palembang dengan pewarna alam yang indah menjadi sebuah koleksi busana yang tidak hanya stylish dan trendi, namun juga sangat wearable. Dengan mencampur tradisi dengan tren masa kini, Temma ingin menunjukkan bahwa kain songket bisa menjadi simbol identitas yang relevan dalam gaya hidup modern.

Nilai tambah dari koleksi Temma adalah teknik pewarnaan alam yang digunakan pada kain songket Palembangnya, memberikan efek warna yang lebih lembut dan natural. Meskipun berbeda dengan kain songket NTT, namun hasil akhirnya tetap memukau. Temma juga merasa senang bisa menghadapi tantangan dalam menciptakan kain yang lebih diterima pasar tanpa harus menggunakan benang emas dan perak seperti biasanya.

Dalam koleksinya, Temma menggunakan pendekatan cutting yang dekonstruktif, sesuai dengan motif tenun Sumsel yang geometris. Dengan pewarnaan alam yang lembut, kain songket ini tetap memancarkan pesona dan keindahannya sendiri. Temma berharap karyanya dapat diterima oleh kalangan anak muda dan lebih luas lagi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Dengan kolaborasi yang sukses antara desainer dan UMKM binaan Pupuk Indonesia, kain songket Nusantara semakin dikenal dan diapresiasi oleh masyarakat. Semoga kekayaan warisan tekstil Indonesia terus berkembang dan menjadi bagian dari tren fesyen global yang dapat membanggakan bangsa.

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *