ARTICLE AD BOX
Damaskus -
Lebih dari 1.000 penduduk Suriah tewas dalam tahanan nan ada di airport militer di pinggiran Damaskus selama rezim mantan Presiden Bashar al-Assad berkuasa. Mereka dilaporkan tewas akibat eksekusi mati, penyiksaan, alias penganiayaan di dalam tahanan tersebut.
Laporan nan dirilis Pusat Keadilan dan Akuntabilitas Suriah, seperti dilansir Reuters, Jumat (28/2/2025), mengidentifikasi letak kuburan massal dengan mengkombinasikan keterangan para saksi, gambaran satelit, dan dokumen-dokumen nan difoto di airport militer di Mezzeh, pinggiran Damaskus, usai Assad lengser pada Desember lalu.
Menurut laporan nan dirilis pada Kamis (27/2) waktu setempat itu, terdapat sedikitnya tujuh letak nan diduga kuburan massal dari orang-orang nan tewas di dalam penjara airport tersebut selama rezim Assad berkuasa.
Beberapa letak nan diduga kuburan massal itu berada di dalam area bandara. Sejumlah kuburan massal lainnya berada di beragam wilayah Damaskus.
Dua letak dari tujuh letak tersebut, salah satunya ada di area properti airport Mezzeh dan satu lagi di area pemakaman di Najha, menunjukkan tanda-tanda jelas adanya parit memanjang nan digali selama jangka waktu tertentu, nan bersesuaian dengan keterangan saksi dalam laporan tersebut.
Shadi Haroun, salah satu penyusun laporan itu, termasuk di antara para tahanan di Suriah. Haroun nan ditahan selama beberapa bulan pada tahun 2011-2012 lampau lantaran menggelar unjuk rasa, menggambarkan interogasi harian nan dialaminya dengan penyiksaan bentuk dan ilmu jiwa untuk memaksanya memberikan pengakuan.
Dituturkan Haroun kepada Reuters bahwa kematian datang dalam beragam corak dalam penjara itu. Meskipun para tahanan tidak memandang apa pun selain tembok sel tahanan alias ruang interogasi, ungkap Haroun, mereka dapat mendengar "penembakan sesekali, tembakan demi tembakan, setiap beberapa hari".
Simak buletin selengkapnya di laman selanjutnya.
Ada juga luka-luka nan diderita oleh para tahanan nan dipicu oleh para penyiksa mereka di dalam penjara tersebut.
"Luka mini di kaki salah satu tahanan, nan disebabkan oleh cemeti nan diterimanya selama penyiksaan, dibiarkan tidak disterilkan alias diobati selama berhari-hari, nan lambat laun berubah menjadi gangrene, dan kondisinya memburuk hingga mencapai titik amputasi seluruh kaki," tuturnya menceritakan penderitaan kawan satu selnya.
Ratusan ribu penduduk Suriah diperkirakan terbunuh sejak tahun 2011, ketika rezim Assad menindak keras unjuk rasa nan meluas menjadi perang skala penuh. Baik Assad maupun mendiang ayahnya, Hafez, sejak lama dituduh melakukan pembunuhan di luar proses hukum, termasuk eksekusi meninggal massal di dalam sistem penjara di negara itu dan penggunaan senjata kimia terhadap rakyat Suriah.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu