ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Menteri Sosial Saifullah Yusuf alias Gus Ipul menegaskan bahwa support sosial (bansos) bukanlah program seumur hidup. Bansos hanya berkarakter sementara untuk memenuhi kebutuhan dasar sebelum penerima diarahkan menuju program pemberdayaan.
"Jangan kita larut dalam pemberian bansos. Itu satu hal, tapi lebih dari itu, mereka kudu berdaya. Bagi usia produktif, kita bakal pertimbangan setiap lima tahun sekali. Kalau layak naik kelas, pindah ke program pemberdayaan. Kalau tidak, tetap diberikan bansos," ujar Gus Ipul dalam keterangannya, Senin (4/8/2025).
Pesan tersebut dia sampaikan saat perbincangan berbareng pilar-pilar sosial dari Kabupaten Ponorogo, Pacitan, dan Trenggalek, Jawa Timur. Kegiatan ini diikuti 435 peserta, terdiri dari 199 pilar sosial Ponorogo, 107 pilar sosial Pacitan, dan 129 pilar sosial Trenggalek.
Para peserta berasal dari beragam unsur pilar sosial, meliputi pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Karang Taruna, Taruna Siaga Bencana (Tagana), Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial Masyarakat (Pordam), serta pendamping rehabilitasi sosial (Rehsos).
Menurut Gus Ipul, di era Presiden Prabowo Subianto, pemberdayaan masyarakat menjadi konsentrasi penting. Pemerintah apalagi membentuk Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat untuk memperkuat program ini.
Ia menegaskan bansos mempunyai peruntukan nan jelas dan tidak bisa digunakan seenaknya. Misalnya, support Rp750 ribu per tiga bulan untuk ibu mengandung digunakan untuk asupan gizi, alias support untuk bayi 0-6 tahun, lansia, dan penyandang disabilitas sesuai kebutuhan.
"Pendamping mempunyai tugas membina family penerima faedah agar memanfaatkan bansos sesuai peruntukannya," ujarnya.
Gus Ipul juga menyoroti temuan lebih dari 600 ribu penerima bansos nan terindikasi terlibat gambling online, di mana sekitar 300 ribu di antaranya adalah penerima PKH.
"Sebanyak 230 ribu sudah langsung kami putus penyalurannya. Sisanya tetap kami dalami, termasuk kemungkinan info mereka disalahgunakan pihak lain," katanya.
Evaluasi dan pemutakhiran info bansos dilakukan secara berkala berbareng BPS, pemerintah daerah, dan beragam pihak. Data terbaru BPS menjadi referensi penyaluran bansos setiap triwulan.
"Data itu sangat dinamis, setiap hari ada nan meninggal, lahir, pindah, alias menikah. Kalau kita konsisten memperbarui data, penyaluran bansos bakal makin akurat," ucap Gus Ipul.
Dalam forum tersebut, pendamping PKH menyampaikan masukan mengenai beban kerja di lapangan. Seorang pendamping dari Ponorogo mengatakan tugas mereka kerap menumpuk pada waktu bersamaan, mulai dari pendampingan Sekolah Rakyat, pemeriksaan pertumbuhan anak, monitoring sosial, hingga penanganan kasus.
"Kami tetap kuat, tetapi berambisi ada penjadwalan nan lebih terstruktur agar bisa menjalankan tugas dengan lebih optimal," ujarnya.
Sementara itu, perwakilan pendamping PKH dari Pacitan menyampaikan terima kasih atas support beragam pihak, termasuk bupati dan pemerintah pusat, nan telah memberikan perlengkapan kerja seperti seragam pelindung.
"Kami siap untuk program nasional selanjutnya dan berambisi support seperti ini semakin banyak di seluruh Indonesia," katanya.
Menanggapi perihal itu, Gus Ipul mengakui beratnya beban kerja para pendamping dan mengapresiasi dedikasi mereka.
"Saya terima kasih kepada teman-teman pendamping. Memang cukup berat, tapi pengarahan saya jelas ya, Kemensos ini arahnya ke mana. Kita sama-sama konsolidasi agar ke depan lebih baik," tegasnya.
Gus Ipul menutup perbincangan dengan rayuan agar seluruh pilar sosial menjaga integritas, bekerja sesuai aturan, dan memperkuat sinergi dengan pemerintah daerah.
"Kalau kita konsisten, info makin akurat, penyaluran bansos tepat sasaran, dan pemberdayaan masyarakat bisa tercapai," pungkasnya.
(akn/ega)