Jerman Identifikasi Akun Disinformasi Rusia Dikendalikan Dari Turki

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Sudah bukan rahasia lagi bahwa Jerman, sebagai negara nan terletak strategis dengan populasi terbesar di Uni Eropa, semakin sering menjadi sasaran kampanye disinformasi, terutama dari Rusia.

Kini untuk pertama kalinya pemerintah di Berlin sukses melakukan apa nan disebut "atribusi" alias penelusuran terhadap pelaku penyebaran disinformasi. Dalam kasus terbaru ini, tudingan diarahkan langsung kepada platform media daring berjulukan RED.

Tingkat kepercayaan pemerintah terhadap keabsahan temuan tersebut sebegitu tinggi, sampai-sampai laporannya diumumkan secara terbuka.

Seperti disampaikan Kementerian Luar Negeri Jerman dalam konvensi pers pada Rabu (2/7) di Berlin, proses atribusi tersebut merupakan hasil kerja sama antara kemenlu, Kantor Kanselir, Kementerian Dalam Negeri, serta sejumlah lembaga pemerintah lainnya.

Dari serangan siber ke disinformasi publik

Sejak 2021, menurut keterangan dari sumber pemerintahan, terdapat 11 kasus di mana pelaku penyebaran info tiruan sukses diidentifikasi secara pasti. Namun, sebagian besar dari kasus tersebut adalah serangan siber seperti peretasan. Kini, pemerintah sukses mengidentifikasi pelaku kasus manipulasi info asing berskala luas.

Dalam pernyataan tertulis, Kementerian Luar Negeri menjelaskan bahwa RED, platform media nan terdaftar di Turki, menampilkan diri sebagai situs pengarsipan kiri revolusioner. Namun, menurut Jerman, terdapat kaitan erat secara individual dan finansial antara RED dan media milik pemerintah Rusia, Russia Today (RT).

Rusia mau lemahkan kohesi sosial Eropa

Martin Giese, ahli bicara Menteri Luar Negeri Johann Wadephul (CDU) menyatakan, tujuan utama kampanye semacam ini sangat jelas: " Rusia menggunakan platform seperti RED untuk melemahkan kohesi sosial di Jerman dan di Eropa secara keseluruhan."

Giese juga menyampaikan peringatan tegas kepada para pelaku: "Saya mau menyatakan dengan jelas bahwa bakal ada akibat bagi siapa pun yang, atas nama Rusia alias negara lain, dengan sengaja menyebarkan disinformasi dan memanipulasi informasi."

Fokus utama: Konflik di Timur Tengah

Menurut Kementerian Luar Negeri, RED dalam beberapa tahun terakhir secara intensif memberitakan bentrok di Timur Tengah, terutama dengan perspektif nan memecah belah.

Dalam pernyataan tertulis disebutkan: "RED melaporkan secara langsung dari demonstrasi di Jerman, termasuk kejadian vandalisme dan penggunaan simbol Hamas. Dalam liputan tersebut, juga muncul tuduhan kekerasan polisi, sebagian tanpa dasar faktual."

Konten ini kemudian menyebar secara masif, terutama di kalangan pengguna media sosial berkata Arab.

Uni Eropa jatuhkan sanksi

Bahkan sebelum pengumuman dari pemerintah Jerman, Uni Eropa sudah lebih dulu mengambil tindakan. Pada Mei 2025, perusahaan RED nan secara resmi berjulukan Red/Afa Media dan pendirinya, Hüseyin Doru, dikenai hukuman oleh Uni Eropa.

Menurut ahli bicara Kementerian Luar Negeri, Doru telah dijatuhi larangan masuk ke wilayah Uni Eropa, dan seluruh asetnya di UE telah dibekukan.

Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

Editor: Agus Setiawan

(ita/ita)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini