Kabar Keji Tentara Bayaran As Tembaki Warga Gaza Pencari Bantuan

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX
Jakarta -

Kekejian tentara Israel di Gaza terus berlanjut. Tanpa pandang pilih, penduduk nan mencari support pun menjadi sasaran kebengisan pasukan zionis Israel.

Seorang penduduk di Gaza berjulukan Mahmoud Qassem kehilangan putranya, Khader, pekan lalu. Remaja berumur 19 tahun itu dilaporkan tewas saat sedang berupaya mencapai pusat pengedaran makanan nan dikelola Yayasan Kemanusiaan Gaza (Gaza Humanitarian Foundation/GHF), lembaga support nan didukung Amerika Serikat, di wilayah Gaza tengah.

"Terakhir kali saya dan ibunya mendengar berita dari Khader pukul 11 malam. Dia bilang berada di tempat aman, dia pergi ke pusat pengedaran Netzarim, dan saya sempat berpesan agar dia berhati-hati," kata Qassem kepada DW dari sebuah tenda di Kota Gaza, tempat keluarganya sekarang mengungsi.

"Jam satu pagi saya mencoba meneleponnya lagi, tapi ponselnya tidak aktif. Saya mulai cemas. Tidak ada berita sama sekali hingga Jumat siang jam dua. Rasanya seperti ada api membakar dada saya," ujar laki-laki berumur 50 tahun itu.

Qassem kemudian pergi dan memeriksa sejumlah rumah sakit di Gaza tengah. Di sanalah dia mengetahui bahwa Khader telah tewas. Jenazahnya baru ditemukan setelah berkoordinasi dengan militer Israel. Dari kondisi tubuhnya, Khader diketahui meninggal akibat beberapa luka tembak.

"Seorang anak 19 tahun nan apalagi belum sempat menjalani hidupnya, semuanya demi mengambil satu kotak bantuan," ujarnya nyaris tidak kuasa menahan air mata. Dia menambahkan bahwa dirinya sebenarnya tidak mau anaknya pergi, tetapi Khader merasa bertanggung jawab menafkahi keluarga.

"Saya kehabisan kata-kata menggambarkan situasi di sini. Orang-orang rela mengorbankan diri demi memperkuat hidup. Hanya Tuhan nan tahu apa nan kami alami. Tidak ada nan peduli, tidak Hamas, tidak Israel, tidak negara-negara Arab, tidak seorang pun."

Makanan dan Pasokan Bantaun Langka di Gaza

Palestinians inspect the damage at an UNRWA school sheltering displaced people that was hit in an Israeli air strike on Sunday, in Gaza City, June 30, 2025. REUTERS/Mahmoud Issa Foto: Kondisi di Gaza (REUTERS/Mahmoud Issa)

Laporan kekerasan, luka-luka, hingga kematian nan nyaris terjadi setiap hari di sekitar pengedaran support menyoroti realita tak tertahankan nan dihadapi 2,3 juta masyarakat Gaza. Warga Gaza nyaris sepenuhnya berjuntai pada pasokan nan masuk melalui perlintasan dengan Israel.

Sejak Oktober 2023, nyaris seluruh masyarakat Gaza telah mengungsi. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sekitar 57.000 orang, banyak di antaranya wanita dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel. Analisis pada Mei lampau menunjukkan bahwa 93 persen populasi nan tersisa mengalami kerawanan pangan akut.

Kelangkaan makanan dan kebutuhan dasar lainnya tetap terjadi, apalagi setelah PBB kembali mengirimkan support dan tiga pusat pengedaran baru dibuka. Pusat-pusat itu dijalankan oleh GHF, lembaga support AS-Israel, akibat blokade Israel nan berjalan nyaris tiga bulan.

Pihak Israel berdalih, blokade dilakukan lantaran Hamas mencuri support dan menggunakannya untuk membiayai operasinya. Namun, klaim ini dibantah oleh PBB dan beragam lembaga kemanusiaan internasional maupun lokal nan telah lama mempunyai jaringan pengedaran support nan mapan di Gaza.

Truk-truk support di Gaza berulang kali dijarah, baik oleh golongan bersenjata maupun penduduk sipil nan putus asa mencari makanan. Di saat nan sama, militer Israel terus meningkatkan serangan udara dan mengeluarkan perintah pemindahan massal di sebagian besar wilayah utara dan selatan Gaza.

Ratusan Orang Tewas di Lokasi Distribusi Makanan

Palestinians inspect the damage at an UNRWA school sheltering displaced people that was hit in an Israeli air strike on Sunday, in Gaza City, June 30, 2025. REUTERS/Mahmoud Issa Foto: Pengungsi di Gaza (REUTERS/Mahmoud Issa)

Kementerian Kesehatan di Gaza, nan berada di bawah kendali Hamas, melaporkan bahwa lebih dari 500 orang tewas dalam beberapa pekan terakhir akibat serangan udara, tembakan, dan pengeboman oleh Israel. Menurut pejabat kesehatan, sebagian besar korban tewas saat tengah menunggu di letak pengedaran support alias di sekitar truk-truk pembawa makanan.

Kantor kewenangan asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat sedikitnya 613 pembunuhan terjadi di titik-titik pengedaran support kemanusiaan Gaza nan dikelola oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), nan didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, nan beraksi sejak akhir Mei.

Pembunuhan juga tercatat terjadi di dekat konvoi support kemanusiaan di Jalur Gaza. Demikian seperti dilansir Reuters dan Associated Press, Jumat (4/7/2025).

"Kami telah mencatat 613 pembunuhan, baik di titik-titik GHF maupun di dekat konvoi kemanusiaan -- ini merupakan nomor nan tercatat per 27 Juni. Sejak saat itu ... telah terjadi insiden-insiden lebih lanjut," kata ahli bicara Kantor Komisioner Tinggi PBB untuk HAM, Ravina Shamdasani, kepada wartawan di Jenewa, Swiss.

Lebih lanjut dikatakan oleh Shamdasani bahwa instansi HAM PBB tidak dapat menetapkan pihak nan bertanggung jawab atas pembunuhan-pembunuhan tersebut.

Namun, dia juga mengatakan bahwa: "Jelas bahwa militer Israel telah menggempur dan menembaki warga-warga Palestina nan berupaya mencapai titik-titik pengedaran (bantuan nan dioperasikan oleh GHF)."

Shamdasani mengatakan tidak diketahui secara jelas soal berapa banyak dari pembunuhan nan tercatat oleh PBB itu, nan terjadi di lokasi-lokasi GHF, dan berapa banyak nan terjadi di dekat konvoi support kemanusiaan Gaza.

Saat berbincang kepada wartawan di Jenewa, Shamdasani mengatakan bahwa nomor tersebut mencakup periode mulai 27 Mei, ketika GHF pertama beraksi di Jalur Gaza, hingga 27 Juni. Jumlahnya mungkin telah bertambah mengingat lebih banyak kejadian terjadi sejak akhir Juni.

(ygs/ygs)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini