Melawan China, Tetangga Indonesia Borong 33 Jet Tempur F/a-18 As Tapi Bekas Pakai Kuwait

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Malaysia diam-diam membeli 33 jet tempur F/A-18 AS, tapi jejak pakai Kuwait, untuk menghadapi China di Laut China Selatan. Foto/Lance Cpl. Ashley E. Santy/Military.com

KUALA LUMPUR - Amerika Serikat (AS) telah menyetujui pembelian 33 jet tempur F/A-18C/D Hornet oleh Malaysia untuk memperkuat keahlian udaranya di Laut China Selatan. Ini bagian dari strategi negara tetangga Indonesia tersebut dalam membangun pencegahan secara "diam-diam" sekaligus menjaga hubungan baik dengan China.

Kepala Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF) Jenderal Tan Sri Asghar Khan Goriman Khan mengonfirmasi bahwa Washington telah menyetujui permintaan Malaysia untuk memperoleh hingga 33 jet tempur F/A-18C/D Hornet. Puluhan jet tempur itu jejak pakai dari Kuwait.

Langkah Washington itu, nan memerlukan persetujuan Kongres berasas Undang-Undang Pengendalian Ekspor Senjata AS, muncul setelah negosiasi bertahun-tahun nan dimulai pada tahun 2017. Wakil Menteri Pertahanan Malaysia Adly Zahari mengatakan kesepakatan tersebut diperkirakan bakal selesai tahun ini.

Baca Juga: AS Kerahkan Kapal Induk Nuklir USS Nimitz ke Laut China Selatan, Ini Respons Marah China

Abdul Rahman Yaacob, peneliti di program Asia Tenggara Lowy Institute, mengatakan pembelian jet tempur tersebut bakal secara signifikan memperkuat keahlian pertahanan udara Malaysia.

"Hal ini krusial di Malaysia Timur, di mana blok daya Malaysia terletak di Laut China Selatan, dekat Sarawak," kata Rahman, seperti dikutip South China Morning Post, Minggu (13/7/2025).

Menurutnya, jika dikerahkan di Malaysia Timur, jet tempur Hornet bakal melengkapi akomodasi Angkatan Laut nan baru dikembangkan di Sarawak dan menunjukkan upaya Kuala Lumpur untuk membangun sistem pencegahan di wilayah nan telah mengalami peningkatan aktivitas China.

Tahun lalu, Angkatan Udara Malaysia mulai memperkuat keahlian pengawasan udaranya di Malaysia Timur dengan mengerahkan radar AN/TP77 nan dipasok AS dan radar GM400A Prancis. Radar jarak jauh ini memungkinkan Malaysia untuk memantau wilayah udara di atas area ekonomi eksklusifnya di Laut China Selatan.

Rahman mengatakan Washington juga diharapkan memberikan support untuk memastikan pesawat jejak pakai Kuwait itu selalu mutakhir dan untuk memperkuat kesadaran domain maritim negara Asia Tenggara tersebut.

“Proyek-proyek ini mencerminkan kemitraan pertahanan AS-Malaysia nan erat, nan umumnya tidak banyak diketahui publik. Hal ini juga mencerminkan kebijakan pemerintah Malaysia untuk melibatkan China secara positif sembari diam-diam membangun keahlian pertahanan Malaysia,” imbuh Rahman.

Armada Angkatan Udara Malaysia saat ini tidak memadai untuk mencakup Semenanjung Malaysia dan Malaysia Timur, kata Rahman, seraya mencatat bahwa pada tahun 2021 negara tersebut hanya dapat mengirimkan pesawat Hawk tua untuk menghalau pesawat tempur China nan terlihat terbang menuju wilayah udara Malaysia.