ARTICLE AD BOX
Menjelang momen peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) biasanya jadi kesempatan meraup cuan bagi para pedagang bendera musiman. Tahun ini, Syauqi (43) salah satu penjual bendera malah kebingungan saat mendapat permintaan tak biasa dari anak-anak muda.
Syauqi mengaku bingung dengan bendera nan dicari anak muda tersebut. Dia mengaku memang tak menjual bendera dengan gambar 'tengkorak memakai topi'.
"Kemarin ada itu anak-anak muda pada ke sini, nyari bendera tengkorak pakai topi. Saya kaget, lah kok tengkorak pakai topi," ujar Syauqi nan berdagang di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (2/8/2025).
Syauqi baru tahu rupanya bendera nan dicari anak-anak muda itu berjulukan bendera One Piece. Bendera itu berasal dari serial anime One Piece milik kru bajak laut topi jerami.
Belakangan bendera One Piece viral di media sosial (medsos) lantaran banyak nan memasangnya. Namun, Syauqi tak banyak mengetahui soal tren itu.
Dia mengaku malah menjadi takut jika menjual bendera tersebut di momen peringatan hari kemerdekaan Indonesia.
"Iya itu One Piece, kata saya bendera apa itu, saya bingung kan. Iya malah takut saya entar, hahahaha," ungkapnya.
Pedagang bendera merah putih bercerita soal banyak pihak nan mau membeli bendera One Piece. Para pedagang bingung sekaligus waswas dengan tren tersebut. (Taufiq S/)
Bendera One Piece nan dimaksud adalah Jolly Roger dari kru bajak laut topi jerami dalam anime dan manga One Piece. Hal ini pun ramai di media sosial. Pengibaran bendera tersebut dinarasikan dilakukan menjelang seremoni 17 Agustus.
Hal sama disampaikan pedagang lainnya, Ridwan (30). Dia mengatakan memang tidak menjual bendera bajak laut topi jerami tersebut.
"(Bendera) One Piece? Banyak itu kemarin nan nyari. Iya katanya lagi viral. nan nyari kebanyakan pemuda-pemuda gitu. Katanya mau dipasang di rumah. Ya gimana kita nggak nyediain, di bos juga nggak ada," ucap Ridwan.
Kondisi Penjualan Bendera
Syauqi mengatakan sudah berdagang sejak 25 Juli lalu. Sebelumnya dia sempat membuka lapak di area Kali Sentiong, namun dipindahkan lantaran tak diizinkan Satpol PP.
Meski begitu, Syauqi mengaku penjualan tahun ini menurun drastis. Banyak pembeli hanya datang untuk menawar, apalagi seringkali di bawah nilai modal.
"Dari kemarin sebetulnya ada aja nan datang, tapi hanya nanya, nawar, tapi nawarnya itu di bawah modal, ya repot kita. Ini ada nan saya jual Rp 35 ribu, tadi baru aja ada nawar Rp 10 ribu. Ngelus dada kadang jika kayak gitu." kata Syauqi dengan nada lemas.
Bahkan, dia mengaku pernah menemui pembeli nan hanya membeli bambu untuk tiang bendera saja. Katanya benderanya sudah dibeli secara online.
"Kemarin sehari hanya laku 4 biji aja nan bendera biasa. Beda sama tahun-tahun sebelumnya," ucapnya.
Sebelum berdagang di Matraman, Syauqi pernah berbisnis di Pamulang, namun memilih pindah lantaran merasa terganggu oleh preman setempat. Syauqi menyebut berdagang bendera itu tidak dapat untung besar.
"Kalau dulu saya jualannya di Pamulang. Itu premannya rese-rese, minta jatah mulu. Padahal kita itu jualan nggak seberapa," katanya.
(jbr/jbr)