Praktisi Media Niki Charles Raih Gelar Doktor Ilmu Komunikasi Ui

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Depok -

Praktisi media Niki Charles Laoh meraih gelar ahli pengetahuan komunikasi dari Universitas Indonesia (UI). Niki membikin disertasi dengan tema gimana pengaruh media sosial bagi praktisi media dalam menentukan agenda pemberitaan.

Sidang disertasi Niki Charles digelar terbuka di Auditorium Juwono Sudarsono, Gedung F Lantai 2, Kampus FISIP UI Depok pada Rabu (9/7/2025) sore. Disertasinya berjudul Reversed Agenda Setting dan Produksi Berita di Era Media Sosial: Studi Kasus CNNIndonesia.com.

Ada delapan pengetes dalam sidang tersebut. Sidang diketuai prof. Dr Semiarto Aji Purwanto, Dr Hendriani S.Sos M.Si sebagai Promotor sidang, Dr Eriyanto sebagai Ko-Promotor, dengan pengetes Dr Nina Mutamainnah M.Si dan personil pengetes Prof Firman Noor, PHd, Prof Dr Donna Asteria M.Hum, Dr Niken Febrina Emungtyas M.Si dan Dr Camelia Catharina LS. MSi.

Delapan tim pengetes masing-masing mengusulkan sejumlah pertanyaan dan sanggahan nan berangkaian dengan tema nan diangkat dalam disertasi Niki. Semua pertanyaan nan diajukan, dijawab Niki dengan perincian sehingga dianggap cukup memuaskan tim penguji.

Tim pengetes dalam sidang disertasi memutuskan pemberian gelar ahli bagi Niki Charles di bagian Ilmu Komunikasi dengan kategori memuaskan. Pemberian gelar ahli ditandai dengan penyerahan piagam pengangkatan nan ditandatangani Rektor UI dan Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Fisip UI.

"Promotor nan diketuai Doktor Hendriani MSi telah mengusulkan sejumlah keterangan mengenai pengembangan skill saudara, dan ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Fisip UI telah pula melaporkan hasil ujian proposal hasil riset, hasil ujian riset dan ujian pra promosi. Berdasarkan semua itu, tim pengetes Universitas Indonesia memutuskan, mengangkat kerabat menjadi ahli dalam bagian pengetahuan komunikasi dengan yudicio memuaskan," kata Ketua Sidang prof. Dr Semiarto Aji Purwanto, Rabu (9/7/2025).

Praktisi media Niki Charles Laoh meraih gelar ahli pengetahuan komunikasi dari Universitas Indonesia (UI). (M Sholihin/)Niki membikin disertasi denganaaa tema gimana pengaruh media sosial bagi praktisi media dalam menentukan agenda pemberitaan. (M Sholihin/)

Niki dalam sidang disertasinya mengatakan, tema disertasi merupakan hasil obrolan sesama praktisi media, salah satunya Alfito Deannova Ginting. Menurutnya, rumor alias info dalam sosial media merupakan sesuatu nan tidak bisa diabaikan dan menjadi krusial dalam menentukan agenda pemberitaan.

"Penelitian ini berasal dari sebuah obrolan antara peneliti dengan rekan media beberapa tahun lalu. Praktisi media menyadari bahwa media sosial tidak bisa diabaikan sebagai sumber info dalam pemberitaan. Kondisi ini berbeda dengan kondisi sebelumnya, di mana agenda media berasal dari obrolan internal dalam media sendiri," kata Niki dalam paparannya.

"Media sosial menjadi referensi publik dalam mendapatkan informasi. Dalam banyak obrolan editorial, konten media sosial menjadi bahan obrolan media. Sekaligus untuk langsung menjadi bahan pemberitaan, obrolan tersebut berkembang dalam pemberitaan saat ini," imbuhnya.

Niki mengatakan, penelitian dilakukan pada Mei 2004. Pada saat penelitian ini, Indonesia mengalami beberapa momentum krusial seperti rumor timnas, pertarungan kunci menjelang masuknya timnas olimpiade. Kemudian ada rumor kenaikan UKT, ada rumor Tapera, ada rumor pembunuhan Vina, ada rumor 'nyimas stalking', wanita nan di-stalking selama 10 tahun, dan ada bentrok Israel-Palestina.

"Jadi bulan Mei 2024 dianggap tepat lantaran agendanya sangat kompleks dan variatif. Media dalam penelitian ini adalah CNNIndonesia.com," katanya.

Promotor sidang Hendriani mengatakan, Niki mengangkat tema penelitian mengenai gimana rumor viral di media sosial menjadi bahan pemberitaan. Hendriani menyebut penelitian itu mengungkap adanya proses tahapan nan kudu dilalui dalam pembuatan buletin dari rumor di media sosial.

"Doktor Nicky Charles Lau ini melakukan penelitian tentang gimana isu-isu nan viral di sosial media, apakah kemudian dengan serta-merta kemudian dimunculkan oleh media arus utama alias media masa nan konvensional," kata Hendriani.

"Namun rupanya hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak langsung sesuatu nan viral itu langsung diterima begitu saja oleh media arus utama. Ada proses editorial, ada proses di ruang redaksi nan tetap berjalan untuk memilih mana buletin nan punya nilai buletin untuk kepentingan publik dan mana nan tidak. Jadi ada proses seleksi tetap ada proses untuk memilih dan memilah dari ruang redaksinya," imbuhnya.

Dari hasil penelitian nan dilakukan Niki Charles, kata Hendriani, terungkap bahwa pembuatan buletin dari rumor viral di media sosial tetap mempunyai idealisme dan mengutamakan kepentingan publik.

"Jadi riset ini memperlihatkan bahwa ruang redaksi tetap tetap mempunyai idealisme, proses nan ketat ketika memilih sebuah berita. Walaupun itu viral, tetapi jika dianggap tidak mempunyai nilai bagi kepentingan publik, maka tidak perlu juga diangkat oleh ruang berita," kata wanita nan menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI.

"Sehingga tidak mentang-mentang bahwa semua nan terkenal, populer, viral gitu ya, itu kemudian diangkat oleh media masa. Jadi ada proses seleksi tetap ada proses untuk memilih dan memilah dari ruang redaksinya," imbuhnya.

(sol/jbr)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini