Prancis Tuduh China Coba Gagalkan Penjualan Jet Tempur Rafale Secara Global, Sebut Indonesia

Sedang Trending 6 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Prancis tuduh China coba gagalkan penjualan jet tempur Rafale secara global, termasuk penjualan ke Indonesia. Foto/dassault-aviation

PARIS - Pejabat militer dan intelijen Prancis menuduh China mencoba menggagalkan penjualan jet tempur Rafale secara global. Caranya, Beijing mengerahkan kedutaan besarnya untuk menyebarkan keraguan tentang keahlian jet tempur itu setelah pertempuran udara antara India dan Pakistan pada Mei lalu.

Kantor buletin Associated Press (AP), mengutip para pejabat Prancis, melaporkan pada hari Minggu bahwa Beijing berupaya merusak reputasi dan penjualan pesawat tempur jagoan Prancis.

Para pejabat Prancis mengatakan mereka telah menemukan bahwa kedutaan besar China mencoba merusak penjualan Rafale dengan membujuk negara-negara nan telah memesan jet tempur tersebut, terutama Indonesia, untuk tidak membelinya dan malah memilih jet tempur buatan China.

Baca Juga: Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur Rafale India, Indonesia Tetap Beli 42 Unit Rp133,9 Triliun?

Laporan AP, Minggu (6/7/2025), mengatakan temuan tersebut dibagikan oleh seorang pejabat militer Prancis dengan syarat tidak disebutkan namanya.

Pertempuran udara India-Pakistan selama empat hari pada bulan Mei merupakan konfrontasi paling serius dalam beberapa tahun terakhir antara kedua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut, nan mencakup pertempuran udara nan melibatkan puluhan pesawat dari kedua belah pihak.

Pejabat militer dan peneliti sejak itu telah menggali rincian tentang gimana perangkat keras militer buatan China milik Pakistan—khususnya pesawat tempur dan rudal tempur udara—bernasib jelek terhadap persenjataan nan digunakan India dalam serangan udara terhadap target-target Pakistan, terutama jet tempur Rafale buatan Prancis.

Penjualan Rafale dan persenjataan lainnya merupakan upaya besar bagi industri pertahanan Prancis dan membantu Paris untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara lain, termasuk di Asia, di mana China menjadi kekuatan regional nan dominan.