ARTICLE AD BOX
China betul-betul tidak takut untuk terlibat perang jual beli melawan Amerika Serikat (AS). China tak takut dengan ancaman AS dan menyerukan jalur dialog.
Sebagaimana Presiden AS Donald Trump memulai perang tarif dengan sejumlah neara. Namun, AS secara unik menargetkan tarif nan tinggi untuk China.
Dilansir BBC, ketika Trump pertama kali mengumumkan skema pajak impornya, China dikenai tarif resiprokal sebesar 34%. Beijing membalas dengan mengenakan tarif sebesar 34% terhadap barang-barang Amerika.
AS menanggapi dengan meningkatkan tarif mereka hingga total 104%, sehingga China meningkatkan tarif mereka menjadi 84%. AS merespons lagi, dan sebagaimana keadaannya saat ini, tarif AS terhadap barang-barang China adalah sebesar 125%.
Namun tarif AS terhadap Beijing dapat meningkat lebih jauh, hingga 145% untuk beberapa produk lantaran pungutan sebelumnya telah dikenakan pada perusahaan nan memproduksi fentanil.
Pada Rabu (09/04), Kementerian Luar Negeri China menggambarkan tindakan Gedung Putih sebagai "tirani perdagangan" di media pemerintah.
Beijing "dengan tegas menentang dan tidak bakal pernah menerima praktik hegemonik dan intimidasi seperti itu," kata ahli bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian kepada wartawan.
Kementerian Perdagangan China sebelumnya menyebut pungutan tambahan AS tersebut sebagai "kesalahan di atas kesalahan" dan mengatakan bahwa mereka tidak bakal pernah menerima "aksi pemerasan" AS.
Sementara itu, Presiden AS menuduh China tidak menghormati AS dan "merampok" AS.
Bagaimana ancaman Trump kepada China? Baca laman selanjutnya.
Ancaman Trump
Foto: Donald Trump (AP/Jose Luis Magana)
"China perlu membikin kesepakatan dengan kita. Kita tidak kudu membikin kesepakatan dengan mereka," kata Trump dalam pernyataan nan disampaikan Sekretaris Pers Karoline Leavitt.
Trump mengatakan bahwa China sama dengan negara lain. Hanya saja China jauh lebih besar.
"Tidak ada perbedaan antara China dan negara lain selain mereka jauh lebih besar," imbuhnya.
Hal ini disampaikan Trump setelah dia mengatakan bahwa China telah "mengingkari" kesepakatan besar dengan raksasa penerbangan AS Boeing. Hal ini menyusul pemberitaan bahwa Beijing memerintahkan maskapai penerbangan China untuk tidak menerima pengiriman jet perusahaan tersebut lebih lanjut.
China Tak Takut Ancaman AS
Foto: Ilustrasi perang jual beli China dan AS (REUTERS/CHINA DAILY)
"Jika AS betul-betul mau menyelesaikan masalah melalui perbincangan dan negosiasi, AS kudu berakhir memberikan tekanan ekstrem, berakhir menakut-nakuti dan memeras, dan berbincang dengan China atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan," kata ahli bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian dilansir instansi buletin AFP, Rabu (16/4/2025).
Beijing mengatakan bahwa "AS-lah nan memulai perang tarif ini".
"Posisi China sudah sangat jelas. Tidak ada pemenang dalam perang tarif alias perang dagang," ujar Lin. "China tidak mau berperang, tetapi tidak takut berperang," tandasnya.
Trump awalnya mengenakan tarif pada impor dari China atas dugaan perannya dalam rantai pasokan fentanil -- dan baru-baru ini meningkatkan tarif tersebut secara tajam atas praktik perdagangan nan dianggap tidak setara oleh Washington.
(rdp/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini