ARTICLE AD BOX
Pemerintah menyiapkan Pulau Galang di Kepulauan Riau untuk menampung dan merawat sementara penduduk Gaza, Palestina, nan menjadi korban perang. Pulau ini dikenal sebagai tempat penampungan pengungsi Vietnam pada 1979-1996 dan menjadi letak rumah sakit unik saat pandemi COVID-19.
Dirangkum , Jumat (8/8/2025), Pulau Galang pernah menjadi tempat penanganan pengungsi dari Vietnam alias nan kerap dijuluki manusia perahu (Vietnamese Boat People) antara tahun 1979 sampai 1996. Ketika itu, Indonesia tetap dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Dalam kitab berjudul 'Troubled Transit: Politik Indonesia Bagi Para Pencari Suaka' karya Antje Missbach, manusia perahu Vietnam disebut datang ke Indonesia akibat situasi politik di Vietnam kala itu. Usai kemenangan Komunis dan kejatuhan Saigon April 1975, puluhan ribu orang Vietnam keluar dari negaranya untuk mencari suaka.
Mereka disebut takut jika diperlakukan jelek oleh kepemimpinan nan baru. Mereka kabur dengan menggunakan perahu untuk pergi ke beragam tempat hingga dijuluki manusia perahu.
Berdasarkan laporan pertama, 19 Mei 1975, sekitar 97 orang manusia perahu Vietnam tiba di Indonesia. Sedangkan menurut laporan PBB tahun 1979, ada 43.000 manusia perahu sudah masuk Indonesia.
Saat itu, belum ada sistem penyaringan pencari suaka. Meski demikian, status para manusia perahu masuk sebagai pengungsi prima facie (pertama kali) dan mendapat beberapa corak perlindungan.
Pemerintah Indonesia kemudian memilih Pulau Galang sebagai tempat untuk menampung 10.000 pengungsi manusia perahu. Pulau Galang dipilih lantaran lokasinya relatif strategis.
Pulau itu berjarak 7 Km dari Pulau Batam dengan luas sekitar 80 Km persegi. Penempatan para manusia perahu di Pulau Galang ini dimaksudkan untuk memisahkan mereka dari masyarakat lokal dan meminimalisir pembaruan aktif.
Pemerintah Indonesia kala itu menampung para pengungsi dari Vietnam dengan argumen kemanusiaan. Indonesia saat itu berupaya memanusiakan para manusia perahu.
Mereka diberi pendidikan dan kursus bahasa Indonesia. Pada Mei 1979, diselenggarakan Pertemuan para Menlu seluruh ASEAN hingga disepakati semua biaya akomodasi pengungsi di Indonesia menjadi tanggungan UNHCR.
Setelahnya, dibangun lah kamp-kamp pengungsian di Pulau Galang hingga beberapa tahun setelahnya jumlah manusia perahu di Pulau Galang terus bertambah. Manusia perahu di Pulau Galang hidup nyaris dua dekade.
Pada tahun 1994, Pemerintah Indonesia mau mengosongkan Pulau Galang demi membangun area itu untuk industri khusus. TNI kemudian membantu sekitar 8.500 manusia perahu untuk pulang ke negara asalnya melalui jalur laut dan udara. Sisanya, pergi mencari suaka ke negara lain.
Jadi Lokasi RS Khusus COVID
Pulau Galang kembali digunakan pada Pandemi COVID-19. Pemerintah saat itu membangun rumah sakit di Pulau Galang. Bangunan rusak di pulau itu pun dipugar.
"Saat ini kita berada di wilayah Galang, tempat di mana waktu tahun 1979 sampai '96 dijadikan tempat para pengungsi Vietnam. Dan kita lihat gedung-gedung untuk RS termasuk gedung-gedung tempat beragama tetap ada," kata Panglima TNI saat itu, Marsekal Hadi Tjahjanto, di Pulau Galang, Kepulauan Riau, Rabu (4/3/2020).
Rumah Sakit (RS) Darurat unik Corona di Pulau Galang pun dibangun dengan anggaran Rp 400 miliar. Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), mengatakan rumah sakit Corona itu dibangun sebagai persiapan menghadapi kondisi terburuk dari pandemi Corona nan saat itu bikin bumi dalam kondisi tak menentu.
RS itu dibangun dengan sasaran bisa menampung 1.000 pasien. Namun, RS itu kudu beraksi meski baru bisa menampung 360 pasien lantaran situasi darurat pandemi COVID-19. Pada April 2021, kapabilitas RS unik Corona di Pulau Galang nyaris penuh gara-gara lonjakan kasus COVID-19.
Kepala Rumah Sakit Khusus Infeksi Pulau Galang saat itu, Kolonel Khairul Ihsan Nasution, mengatakan 340 ranjang sudah terisi pasien COVID-19. Para pasien itu di antaranya adalah pekerja migran Indonesia nan baru datang dari Malaysia dan Singapura.
Disiapkan untuk Rawat Korban Perang
Kini, Pulau Galang disiapkan untuk menampung dan merawat penduduk Gaza nan menjadi korban perang. Presiden Prabowo Subianto disebut telah memberikan pengarahan untuk menjadikan Pulau Galang sebagai pusat pengobatan untuk penduduk Gaza.
Informasi itu disampaikan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi di kantornya, Jakarta, Kamis (7/8/2025). Hasan mengungkap pengarahan Prabowo disampaikan saat rapat kabinet Rabu (6/8) kemarin.
"Masih mengenai dengan Gaza, Presiden kemarin juga memberikan pengarahan untuk Indonesia memberikan support pengobatan untuk sekitar 2.000 penduduk Gaza nan menjadi korban perang. nan luka-luka, nan mengalami mungkin kena bom, kena reruntuhan, dan segala macam," kata Hasan.
Hasan menuturkan Pulau Galang dipilih lantaran terdapat akomodasi rumah sakit nan dulu pernah digunakan untuk observasi dan isolasi COVID-19. Selain menjadi pusat pengobatan, kata dia, Pulau Galang dapat menampung family korban perang Gaza.
"Rencananya disiapkan pusat pengobatannya kelak di Pulau Galang. Karena di Pulau Galang terdapat akomodasi rumah sakit, termasuk juga fasilitas-fasilitas pendukung lainnya nan bisa untuk mengobati sekitar 2.000 penduduk Gaza. Termasuk juga kelak untuk menampung family nan mendampingi korban-korban perang ini," ujar Hasan.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono juga menjelaskan argumen Pulau Galang disiapkan sebagai letak perawatan penduduk Gaza nan menjadi korban perang. Meski demikian, dia mengatakan pemerintah tetap memandang kemungkinan pengganti tempat lain.
"Kemarin Presiden menyebut Pulau Galang, kita juga lagi sedang lihat. Karena waktu itu kan pernah dipakai untuk tempat perawatan COVID. Jadi ada infrastrukturnya sudah di sana. Kemudian kita tetap juga lihat alternatif-alternatif lain," kata Sugiono di instansi Kemlu, Jakarta Pusat.
"Dalam rangka persiapan itu kita juga menyiapkan alternatif-alternatif letak di mana kita bisa menampung dan merawat mereka," lanjutnya.
Dia menegaskan rencana ini merupakan bagian dari komitmen Presiden Prabowo Subianto saat kunjungan ke beberapa negara Gulf Cooperation Council (GCC). Prabowo, kata Sugiono, berkomitmen membantu penduduk Gaza nan menjadi korban perang.
"Jadi waktu itu kita bersedia untuk merawat sampai seribu anak-anak ataupun korban terluka nan memerlukan perawatan medis," ujarnya.
(dek/haf)