ARTICLE AD BOX
loading...
Presiden Donald Trump berencana mengirim kembali tentara AS ke Pangkalan Udara Bagram nan strategis di Afghanistan. Foto/New York Times
WASHINGTON - Presiden Donald Trump berencana mengirim kembali tentara Amerika Serikat (AS) ke Pangkalan Udara Bagram nan strategis di Afghanistan. Alasannya, tempat itu dekat dengan letak China mengembangkan rudal nuklirnya.
"Joe Biden menyerahkannya...Saya pikir kita kudu mendapatkannya kembali,” katanya, berbincang tentang kendaraan lapis baja dan Pangkalan Udara Bagram.
Pernyataan Trump disampaikan pada bertemu pers setelah pertemuan kabinet pertamanya sejak dia mengambil alih panglima tertinggi angkatan bersenjata AS.
Lebih spesifik tentang apa nan dimaksudnya, Trump mengatakan: "Yang sangat mengganggu saya adalah kita memberikan miliaran dan miliaran dolar ke Afghanistan, tidak ada nan tahu itu, namun, kita meninggalkan semua peralatan itu, nan tidak bakal terjadi seandainya saya menjadi presiden saat itu."
Baca Juga
"Kami (AS) keluar di bawah kepresidenan saya. Saya adalah orang nan membikin kehadiran militer kita menjadi di bawah 5.000 [personel], tetapi kami bakal mempertahankan (pangkalan udara) Bagram—bukan lantaran Afghanistan, tetapi lantaran China, lantaran pangkalan udara itu tepat satu jam dari tempat China membikin rudal nuklirnya. Jadi, kami bakal mempertahankan Bagram," kata Trump, nan dilansir NDTV, Minggu (2/3/2025).
Dia melanjutkan dengan mengatakan: "Pangkalan Udara Bagram adalah salah satu pangkalan udara terbesar di dunia. Pangkalan itu mempunyai salah satu landasan pacu terbesar dan terkuat. Beton dan baja nan sangat berat digunakan (untuk memperkuatnya). Apa pun bisa dibawa di sana. Dan kami menyerahkannya—dan Anda tahu siapa nan mendudukinya saat ini? China. Karena Biden menyerahkannya. Jadi, kami bakal mempertahankannya."
Dia menambahkan bahwa militer AS bakal melakukan penarikan semua peralatan nan tertinggal—sekitar 40.000 kendaraan lapis baja dan militer berat nan saat ini berada di tangan pemerintah Taliban di negara tersebut.
Trump mengatakan bahwa Afghanistan bisa memperkuat lantaran miliaran dolar support AS, dan oleh lantaran itu pemerintah Afghanistan nan sekarang kudu mengembalikannya.
Pada bulan Agustus 2021, di tengah krisis nan semakin dalam di Afghanistan, Presiden AS saat itu Joe Biden memihak langkahnya untuk menarik pasukan AS sepenuhnya dari negara nan dilanda perang itu, dengan mengatakan bahwa sejarah bakal mencatat ini sebagai "keputusan nan logis, rasional, dan tepat".