ARTICLE AD BOX
loading...
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Foto/tasnim
KIEV - Para pejabat Ukraina bergegas memihak presiden negara itu, Volodymyr Zelensky, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencapnya sebagai “seorang diktator.”
Perseteruan publik antara Trump dan Zelensky meningkat pada hari Rabu (19/2/2025), ketika presiden AS menyebut Zelensky sebagai “seorang diktator tanpa pemilihan umum” dan menuduhnya menipu Washington untuk menyalurkan support ke dalam “perang nan tidak dapat dimenangkan.”
Dia juga menyatakan Zelensky melakukan “pekerjaan nan buruk” dan “tidak bakal ada negara nan tersisa” selain dia mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Rusia.
Beberapa politisi terkemuka, termasuk mereka nan pernah mengkritik pemerintahan Zelensky di masa lalu, angkat bicara membelanya.
Dalam posting di X, Menteri Luar Negeri Andrey Sibiga menulis, “Ukraina memperkuat dari serangan militer paling mengerikan dalam sejarah modern Eropa.”
“Rakyat Ukraina dan Presiden mereka Zelensky menolak menyerah pada tekanan Putin,” tegas dia. “Tidak seorang pun dapat memaksa Ukraina untuk menyerah.”
“Kita bisa menyukai alias tidak menyukai Zelensky. Kita bisa mengutuk tindakannya alias memujinya. Karena dia adalah presiden KITA,” tulis Boris Filatov, wali kota Dnepr, kota terbesar keempat di Ukraina, di Facebook.
Dia beranggapan AS maupun Rusia “tidak punya kewenangan untuk menjelek-jelekkan” Zelensky.
Meskipun masa kedudukan presiden lima tahun Zelensky berhujung pada Mei 2024, tidak ada pemilihan umum baru nan diadakan lantaran darurat militer.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia tidak lagi menganggap Zelensky sebagai pemimpin nan sah.