ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Presiden Rusia Vladimir Putin tampil mengenakan seragam militer, memerintahkan agar pasukan Ukraina di barat Rusia dikalahkan sesegera mungkin. Perintah penguasa Rusia itu menjadi sebuah sinyal kepada Amerika Serikat bahwa Moskow memegang kendali militer saat mereka bersiap untuk membahas gencatan senjata pada hari Kamis (13/03) ini.
Kemajuan pasukan Rusia di sepanjang garis depan dalam beberapa bulan terakhir dan upaya Presiden AS Donald Trump untuk mencapai kesepakatan tenteram guna mengakhiri bentrok tiga tahun di Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Ukraina, nan didukung oleh Barat, dapat mengalami kekalahan dalam perang.
Utusan unik AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff tiba di Moskow pada hari Kamis (13/03) ini untuk berjumpa dengan Putin. Pejabat Rusia mengatakan Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz telah memberikan rincian tentang pendapat gencatan senjata kemarin dan Rusia kabarnya siap untuk membahas tema ini.
Kemarin, pada hari Rabu (13/03), Trump mengatakan di Gedung Putih bahwa dia berambisi pemerintahan di Kremlin bakal menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari.
Perintah Putin: Kalahkan pasukan Ukraina di Kursk
Hanya beberapa jam setelah Trump berbicara, Kremlin menerbitkan rekaman video nan menunjukkan Putin nan mengenakan seragam kamuflase hijau saat mengunjungi wilayah Kursk di Rusia barat, tempat Ukraina bisa jadi bakal kehilangan pijakannya setelah serangan kilat oleh pasukan Rusia.
"Tugas kita dalam waktu dekat, dalam jangka waktu sesingkat mungkin, adalah mengalahkan musuh nan bercokol di wilayah Kursk secara meyakinkan," perintah Putin, mantan perwira KGB nan sebenarnya sangat jarang mengenakan seragam militer.
"Dan tentu saja, kita perlu memikirkan untuk menciptakan area keamanan di sepanjang perbatasan negara," imbuh Putin. Ia tidak menyinggung soal pendapat gencatan senjata.
Invasi Rusia ke Ukraina pada awal tahun 2022 telah menewaskan dan melukai ratusan ribu orang, membikin jutaan orang mengungsi, menghancurkan kota-kota, dan memicu konfrontasi terbesar antara Moskow dan Barat dalam enam dekade.
Jadi gencatan senjata?
Putin juga dijadwalkan pada hari Kamis (13/03) berjumpa dengan Presiden Belarusia Alexander Lukashenko di Moskow dan kemudian menyampaikan konvensi pers bersama, papar ahli bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Amerika Serikat sepakat pada hari Selasa (11/03) untuk melanjutkan pasokan senjata dan berbagi info intelijen dengan Ukraina setelah Kyiv mengatakan pada pembicaraan di Arab Saudi bahwa mereka siap untuk mendukung proposal gencatan senjata.
"Sekarang terserah Rusia," kata Trump pada hari Rabu (12/03), seraya mengatakan bahwa dia berambisi "pertumpahan darah" bakal berakhir. "Dan jika kita dapat membikin Rusia berhenti, maka kita mempunyai gencatan senjata penuh. Dan saya rasa tidak bakal melanjutkan lagi peperangan."
Dua sumber senior Rusia mengatakan kepada instansi buletin Reuters bahwa Putin bakal berupaya untuk mengukir agunan dan agunan sebelum menyetujui gencatan senjata apa pun.
Sumber senior Moskow lainnya mengatakan bahwa Putin bakal menyetujui gencatan senjata tetapi berupaya menambahkan persyaratannya sendiri tentang apa nan kudu terjadi setelah gencatan senjata.
Pada bulan Juni, Putin menetapkan persyaratannya untuk perdamaian: Ukraina kudu secara resmi menghentikan ambisi NATO-nya dan menarik pasukannya dari keseluruhan empat wilayah Ukraina nan diklaim dan sebagian besar dikuasai oleh Rusia, nan menguasai nyaris seperlima wilayah Ukraina.
Kursk sebagai perangkat tawar-menawar
Pasukan Rusia maju dengan sigap di Kursk. Kementerian Pertahanan mengatakan pada hari Kamis (13/03) bahwa Kota Sudzha telah direbut oleh Rusia. Tidak ada komentar langsung dari Ukraina, nan pada hari Rabu (12/03) melaporkan bahwa pertempuran tetap berlangsung.
Sementara itu Kepala Staf Umum Rusia, Valery Gerasimov, mengatakan rencana Ukraina untuk menggunakan Kursk sebagai perangkat tawar-menawar dalam kemungkinan negosiasi di masa mendatang dengan Rusia telah kandas dan taktiknya bahwa operasi Kursk bakal memaksa Rusia untuk mengalihkan pasukan dari kemajuannya di Ukraina timur juga tidak berhasil. Ia mengatakan pasukan Rusia telah merebut kembali 24 permukiman dan 259 km persegi tanah dari pasukan Ukraina dalam lima hari terakhir berbareng dengan lebih dari 400 tahanan.
Pasukan penjaga perdamaian asing di Ukraina tidak dapat diterima oleh Rusia
Dalam perkembangan teranyar, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada hari Kamis (13703) bahwa jika negara lain mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Ukraina, mereka bakal mengambil bagian dalam "konflik bersenjata langsung" dengan Moskow.
"Sangat tidak dapat diterima bagi kami bahwa unit militer negara lain ditempatkan di Ukraina di bawah bendera apa pun," kata ahli bicara Kremlin, Maria Zakharova. "Semua ini berfaedah keterlibatan negara-negara ini dalam bentrok bersenjata secara langsung dengan negara kami."
Dia mengatakan Rusia bakal menanggapi tindakan tersebut dengan "semua upaya nan tersedia." Zakharova juga mengkritik rencana negara-negara Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka.
Ia mengatakan usulan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen untuk menyusun paket senilai €800 miliar untuk pertahanan Eropa merupakan "hasutan perang di benua Eropa."
Zakahrova juga menuduh Eropa menyebarkan narasi tiruan bahwa Rusia merupakan ancaman bagi keamanan benua itu: "Ini adalah cerita nan sengaja dibuat berasas Russophobia, nan dipromosikan oleh pejabat Brussels nan tidak kompeten," pungkasnya.
ap/yf (reuters, dpa, ap, afp)
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu