157 Kasus Perceraian Terjadi Setiap Hari Di Arab Saudi, Apa Pemicunya?

Sedang Trending 5 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Banyak wanita Saudi menjadi janda seiring dengan banyaknya kasus perceraian. Foto/X/@LifeSaudiArabia

RIYADH - Arab Saudi mencatat sekitar 57.595 kasus perceraian pada tahun 2025, dengan rata-rata 157 perceraian per hari, alias satu perceraian setiap sembilan menit. Itu diungkapkan Kementerian Kehakiman dan Otoritas Umum Statistik.

Data menunjukkan perceraian mencapai 12,6 persen dari seluruh pernikahan nan terdaftar tahun ini, dengan lebih dari 65 persen kasus terjadi dalam tahun pertama pernikahan. Hal ini menyoroti tren perpisahan awal meskipun biaya pernikahan nan mahal dan investasi emosional nan tinggi.

Wilayah Al Baha menduduki puncak daftar tingkat perceraian dengan persentase 36 persen, diikuti oleh Riyadh dengan 21,7 persen, dan Hail dengan 19,2 persen.

157 Kasus Perceraian Terjadi Setiap Hari di Arab Saudi, Apa Pemicunya?

1. Pasangan Tidak Cocok

Fahad Al Otaibi, 29, menggambarkan pernikahannya berhujung sebelum dimulai. Hanya 45 hari setelah pernikahannya nan mewah, dia dan istrinya berpisah. "Kami mulai bentrok seminggu setelah pernikahan," katanya. "Meskipun persiapannya matang, kami menyadari bahwa kami tidak cocok."

Baca Juga: Tak Mau Rugi, AS Jual Senjata ke Anggota NATO, Nantinya Diserahkan ke Ukraina

2. Kurang Komunikasi

Bagi Reem Al Qahtani, 25, cinta berubah menjadi kekecewaan. Ia percaya bahwa kasih sayang saja dapat mempertahankan pernikahan, tetapi dia segera menyadari bahwa suaminya kurang mempunyai komunikasi dan tanggung jawab dasar. Pernikahan mereka berhujung hanya setelah 40 hari.

Ahmed Al Raithi, 32, kembali dari bulan madu nan kandas di Eropa dengan perceraian. "Dia menginginkan kesempurnaan. Saya menginginkan kedamaian. Kami tidak bisa berjumpa di tengah jalan," katanya, dilansir Gulf News.

3. Kurang Kesiapan Emosional

Pakar sosial Ahmed Al Najjar mengatakan statistik nan mengkhawatirkan ini bermulai dari kesalahpahaman tentang kehidupan pernikahan dan kurangnya kesiapan emosional.

Ia menyebut faktor-faktor utama penyebab perceraian dini: biaya pernikahan nan selangit, pemilihan pasangan nan dangkal alias terburu-buru, kombinasi tangan family nan berlebihan, dan perilaku ideal selama masa pacaran nan kemudian runtuh setelah pernikahan.

4. Pernikahan Adalah Proyek Jangka Panjang

"Pernikahan bukanlah seremoni alias bulan madu," kata Al Najjar. "Ini adalah proyek kehidupan jangka panjang nan memerlukan kedewasaan, komunikasi, dan ekspektasi nan realistis, nan semuanya seringkali tidak ada dalam hubungan saat ini."

(ahm)