Apa Rencana Lebanon Setelah Perang Dengan Israel?

Sedang Trending 5 hari yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Lebanon mengalami kehancuran setelah perang dengan Israel. Foto/Al Manar

BEIRUT - Pada tanggal 15 November 2024, gambar gedung tempat tinggal nan runtuh di distrik Tayyouneh, Beirut, Lebanon , ditayangkan berulang kali di layar TV dan media sosial.

Apartemen nan hancur ini termasuk di antara 45.000 unit rumah nan hancur di seluruh negeri selama bentrok Lebanon-Israel, dengan statistik Bank Dunia menunjukkan bahwa sekitar 10 persen dari perumahan prakonflik di Lebanon telah terkena dampak.

Hassan Ktaech, Wakil Presiden Lingkungan Hidup di CE3 Group — sebuah perusahaan nan mengkhususkan diri dalam pengelolaan limbah dan pertimbangan letak pascabencana — berbincang kepada The New Arab tentang kemungkinan isi puing-puing tersebut.

“Selain limbah bangunan dan pembongkaran nan umum, puing-puing tersebut diperkirakan mengandung beragam macam unsur berbahaya, termasuk persenjataan nan belum meledak, material berbasis asbes, logam berat dari komponen listrik, dan jejak uranium dan fosfor putih nan tertinggal dari senjata tersebut,” katanya.

“Hal ini menimbulkan akibat serius bagi manusia dan lingkungan dalam jangka panjang, lantaran polutan ini dapat mencemari tanah dan sumber daya air Lebanon,” tambahnya, seraya mencatat bahwa dia sebelumnya telah bekerja pada tanggapan setelah ledakan pelabuhan Beirut, nan juga meninggalkan jejak kerusakan nan signifikan.

Di Lebanon, terdapat ketidakjelasan mengenai nasib puing-puing nan disebabkan oleh pemboman Israel. Sebagian mengatakan ada akibat bahwa puing-puing tersebut bakal dibuang ke laut, sementara nan lain dalam masyarakat sipil mendesak adanya solusi nan berkepanjangan dan ramah lingkungan.

Apa Rencana Lebanon setelah Perang dengan Israel?

1. 20 Juta Ton Puing Bangunan di Lebanon

Di Lebanon saat ini, tumpukan puing-puing berwarna cokelat, nan sering kali menonjol dengan logam dan plastik, telah menjadi pemandangan umum.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, perang tersebut telah menghasilkan sekitar 20 juta ton puing.

Meskipun demikian, Bank Dunia dan pemerintah Lebanon memberikan nomor nan sedikit berbeda, dengan menyebut antara 14 juta meter kubik puing, nan setara dengan antara 22,4 dan 35 juta ton.

Carla Khater, ahli bicara program pengelolaan puing-puing Menteri Lingkungan Hidup dan kepala penelitian di Dewan Nasional untuk Penelitian Ilmiah (CNRS-L), mengatakan kepada The New Arab bahwa jumlah puing-puing sebenarnya nan memerlukan pemilahan dan pembuangan kemungkinan bakal jauh lebih sedikit.

“Sebagian puing disingkirkan melalui upaya swasta, dengan orang-orang memilah bahan-bahan nan dapat didaur ulang seperti baja dan aluminium, dan menjualnya melalui sektor swasta,” jelasnya.

Baca Juga: Breaking News! Israel Bombardir Yaman Besar-besaran

2. Puing Digunakan untuk Reklamasi Laut

Seperti nan dilaporkan sebelumnya, rekonstruksi pascaperang sering dikaitkan dengan penghancuran warisan nasional, ekspansi kota, dan degradasi lingkungan.