ARTICLE AD BOX
loading...
Matahir Mohamad menyebut peradaban modern runtuh. Foto/X/@chedetofficial
KUALA LUMPUR - Mahathir Mohamad telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya dalam politik dan pelayanan publik. Dalam kasusnya – dimulai Kamis, ketika dia merayakan ulang tahunnya nan keseratus – itu berfaedah lebih dari 50 tahun berada di dalam dan di luar koridor kekuasaan Malaysia dan internasional.
Seorang pemimpin bumi nan mencapai ulang tahun ke-100 adalah tonggak sejarah nan langka, nan menjadikan wawasan mereka sangat berharga. Sebagaimana Mahathir sampaikan dalam sebuah wawancara dengan Anadolu, percakapan tersebut tak pelak lagi beranjak ke pandangan bumi seseorang nan telah menyaksikan politik dan sistem politik dunia berevolusi selama seabad.
Rayakan Ulang Tahun ke 100, Mahathir : Peradaban Modern Runtuh
1. Demokrasi Tidak Sempurna
Sebagai perdana menteri dua periode, Mahathir telah menjadi salah satu penerima faedah terbesar kerakyatan di Malaysia, namun pandangannya tentang kerakyatan tajam dan skeptis.
“Demokrasi adalah buatan manusia dan tidak sempurna. Anda perlu tahu langkah menggunakannya, jika Anda mau mendapatkan faedah maksimal darinya,” ujarnya, dilansir Anadolu.
2. Menolak Sistem Multipartai
Berangkat dari pengalaman pribadinya, Mahathir mengkritik sistem multipartai, dan justru menganjurkan kesederhanaan.
“Dalam demokrasi, semestinya hanya ada dua partai. Ketika dua partai saling bersaing, salah satu pihak menang, maka Anda dapat mempunyai pemerintahan nan kuat,” tegasnya.
“Tetapi lantaran semua orang mau menjadi pemimpin, dan orang-orang terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil, mereka tidak dapat mencapai kebanyakan nan dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan. Jadi, dalam banyak kasus, kerakyatan telah gagal.”
Baca Juga: Ini Penyebab Utama Kecelakaan Pesawat Air India
3. Kegagalan Moral dalam Genosida di Gaza
Mengenai realitas geopolitik nan lebih luas saat ini, Mahathir menyoroti perang genosida Israel di Gaza sebagai momen penting, mengkritik kekuatan global, terutama Barat, atas apa nan dia anggap sebagai kegagalan moral.
“Biasanya, ketika Anda memandang ketidakadilan seperti genosida (di Gaza), Anda kudu melakukan sesuatu untuk menghentikannya. Namun di sini, kami tidak bisa menghentikannya lantaran di kembali genosida tersebut adalah Amerika – sebuah kekuatan besar,” ujarnya.
“Amerika menakut-nakuti bakal menindak siapa pun nan mencoba mencegah genosida. Jadi, ini adalah runtuhnya peradaban Barat.”
Ia menyesalkan hilangnya “nilai-nilai kebaikan dan moral,” dengan mengatakan bahwa tindakan mereka telah jatuh ke titik di mana mereka “sebenarnya dianggap tidak beradab.”
4. Peradaban Modern Sudah Gagal
“Peradaban, peradaban modern kita, telah gagal. Bahkan, saya bakal mengatakan kita telah kembali menjadi sangat primitif dengan nilai-nilai beradab kita.”
Mengenai peran AS dalam serangan Israel nan terus bersambung di Gaza, Mahathir beranggapan bahwa Washington telah "kehilangan kredibilitas" sebagai pemimpin global.
"Hari ini, kita tahu bahwa AS tidak peduli dengan kewenangan asasi manusia, apalagi nyawa manusia, dan bahwa AS bukanlah model bagi seluruh dunia," tegasnya.
5. Mewujudkan Negara Kaya
Mahathir lahir pada 10 Juli 1925, di Lorong Kilang Ais, Alor Setar, ibu kota negara bagian Kedah di Malaysia saat ini, nan saat itu merupakan protektorat Inggris.