Dwi Sulistia Ningsih, Perangi Buta Huruf Di Kampung Halaman

Sedang Trending 3 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Dwi Sulistia Ningsih adalah sosok dengan mimpi besar memajukan literasi di kampung halamannya. Dwi mendirikan TBM (Taman Baca Masyarakat) berjulukan Bale Baca Cijayanti, berlokasi di Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor pada tahun 2019. Dan sejak saat itu dia membersamai kemajuan pendidikan anak-anak berumur 3-12 tahun di desa tersebut.

Sejak kecil, Dwi merasakan ketimpangan pendidikan antara dirinya dan teman-temannya. Dwi beruntung, orang tuanya sadar pendidikan dan mengusahakan Dwi untuk menimba pengetahuan setinggi-tingginya. Namun, lain halnya dengan teman-teman Dwi. Jangankan untuk menjadi sarjana, akses terhadap buku-buku saja susah didapatkan.

Kesadaran rendah terhadap pendidikan mengantarkan teman-teman masa mini Dwi pada pernikahan muda. Tatkala pernikahan tak melangkah lancar dan perpisahan menjadi jalan akhir, Dwi menyaksikan gimana ibu-ibu muda tak bisa berdiri di kakinya sendiri. Akhirnya kemiskinan dan buta huruf terus terjadi dan menjadi rantai nan susah diputus.

"Aku merasa kayak punya hutang budi gitu lho ke desaku sendiri," saya Dwi di program Sosok .

Dwi pun tak tinggal diam. Ia berkeinginan untuk mengabdikan diri kepada desa selepas lulus kuliah. Bahkan, saat tetap kuliah pun, Dwi konsisten pulang kampung sebulan sekali untuk melakukan survei di Cijayanti. Survei inilah nan jadi bekal Dwi untuk menentukan apa nan mesti diperbuat untuk memajukan desa.

"Ketika saya lanjut kuliah pun, saya komitmen satu bulan sekali saya bolak-balik Semarang-Bogor hanya untuk door to door, menganalisis apa sih nan terjadi di Desa Cijayanti ini? Sampai akhirnya saya lulus, udah nggak mikirin kerja, saya langsung kembali ke desa ini untuk membangun," kenang Dwi.

Setelah sekian lama menganalisa kondisi desa, Dwi pun percaya bahwa akar persoalan di desanya adalah literasi dan pendidikan. Berbekal koleksi kitab pribadi dan bantuan dari kawan-kawannya, Dwi mendirikan taman referensi nan bisa diakses dengan mudah oleh anak-anak Cijayanti. Bermula dari lima buku, sekarang koleksi kitab nan terdaftar di Bale Baca Cijayanti telah mencapai 3500 buku.

Tak hanya mendekatkan anak-anak pada buku, Dwi dan rekan-rekannya pun mengajar anak-anak usia 3-6 tahun untuk membaca, menulis, dan berbilang di kelas Calistung A dan Calistung B. Selain itu, Dwi juga mendorong anak-anak, terutama di usia 8-12 tahun, untuk percaya diri dengan membikin kegiatan-kegiatan seni dan kolaborasi.

Kelas calistung di Bale Baca Cijayanti tidak dipungut biaya. Dwi berujar, menggratiskan aktivitas tersebut adalah langkah pertama untuk mengenalkan orang tua siswa pada pentingnya pendidikan.

"Aku mau mengubah mindset orang tua dulu. Kalau misalkan biaya bumi pendidikan udah bayar, gimana kita membujuk memperkenalkan kitab kepada orang tua? Tapi dengan bumi (pendidikan) gratis, akomodasi ada, itu bisa kok membikin kita belajar dengan nyaman," tutur Dwi.

Hal tersebut disambut baik oleh masyarakat, 6 tahun sudah Bale Baca Cijayanti berdiri. Dwi memandang gimana perlahan-lahan penduduk Cijayanti semakin melek pendidikan. Dwi juga berbangga, sekarang anak-anak didiknya semakin percaya diri terhadap potensinya.

Pencapaian demi pencapaian Dwi membangun Bale Baca Cijayanti memang tak lepas dari beragam hambatan. Mulai dari beratnya membujuk penduduk untuk kooperatif, rumitnya proses birokrasi, hingga cemoohan dari kawan sebaya.

Namun tak ada nan bisa menyurutkan semangat wanita lulusan Universitas Diponegoro ini. Ia justru semakin percaya bahwa Bale Baca Cijayanti kudu ada dan berkelanjutan. Menurut Dwi, inilah ikhtiarnya dalam membangun Indonesia nan lebih baik.

"Kalau misalkan semua orang membangun dari atas, tidak membangun dari bawah, dari desanya, terus siapa nan mau membangun dari desanya? Teman-temanku biarkan, nan di atas biarkan di atas, saya di bawah. Tapi kita bisa jadi kerjasama menjadi satu. Kalau kita sama-sama kolaborasi, ya Indonesia Emas bakal tercapai," ujar Dwi.

(nel/ppy)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu