Jika Uang Bukan Masalah, Apa Yang Kau Inginkan?

Sedang Trending 3 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

"Seandainya duit tidak menjadi masalah, apa nan mau Anda lakukan?"

Pertanyaan nan dilemparkan oleh seorang kawan dalam sebuah obrolan informal itu harusnya mudah untuk dijawab. Namun, nyatanya seisi ruangan hanya terdiam, dan tidak ada nan langsung merespons pertanyaan tersebut.

"Kalau Anda belum bisa menjawabnya," lanjut kawan saya itu, "Atau, memberi jawaban seperti, mau jalan-jalan, makan enak, beli peralatan mewah, ataupun hal-hal konsumtif lainnya, maka itu suatu pertanda bahwa mungkin Anda belum siap untuk mempunyai duit sebanyak nan Anda inginkan."

Seketika, pernyataan itu rasanya ibaratkan pisau nan menancap langsung di jantung saya ini. Ya, gimana tidak, lantaran apa nan dia sebutkan tadi adalah jawaban nan terlintas di pikiran saya. Sebagai seseorang nan mempunyai rumor finansial sejak lama, sudah tentu banyak kemauan nan saya pendam, alias apalagi saya lupakan lantaran tidak adanya cukup duit untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut. Karenanya, jika betul saya mempunyai duit banyak, sudah tentu saya mau mewujudkan semua angan dan kemauan saya itu.

Lalu, benarkah bahwa dengan mempunyai pemikiran seperti itu, maka artinya saya belum siap menerima duit sebanyak nan saya inginkan? Apakah itu nan menyebabkan saya belum bisa keluar dari rumor finansial nan saya alami selama ini? Langkah apa nan perlu saya lakukan untuk bisa mengubah situasi nan ada sekarang?

Pertanyaan-pertanyaan itu membikin saya terkenang kembali pertanyaan lain nan dulu pernah juga membikin bibir saya terkunci rapat lantaran terlalu takut untuk mengatakan jawaban nan sebenarnya. What does money means to you? Apa makna duit bagimu?

Stres dan kekhawatiran nan tak berujung adalah jawaban nan saya simpan sendiri untuk pertanyaan itu. Karena, realita nan saya hadapi, berapa pun jumlah duit nan saya dapatkan, selalu saja saya merasa tidak pernah cukup. Entah itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keperluan mendesak, apalagi untuk menabung. Kalimat 'tidak cukup' selalu datang dan menguasai isi kepala saya ini.

Saya tahu bahwa pada dasarnya duit adalah barang mati. Saya mengerti kegunaan duit adalah sebagai perangkat tukar, sebagai perangkat pembayaran dalam suatu transaksi. Lalu, kenapa uang, barang meninggal nan semestinya hanya merupakan perangkat tukar, bisa mempunyai makna negatif nan tertanam begitu kuat dalam diri saya ini?

Berangkat dari keresahan itu, saya pun mulai mencari tahu gimana caranya agar saya bisa mengubah pemahaman saya tentang uang.

Meletakkan Makna Uang di Atas Nilai Tukar

The value of money lies in our mind, not in the money itself. Nilai duit terletak di pikiran kita, bukan di duit itu sendiri. ~ Hany Gungoro, CFA

Berbagai upaya pun saya lakukan. Mulai dari memberikan afirmasi positif untuk semua perihal nan berasosiasi dengan uang, hingga melakukan tindakan-tindakan nyata untuk memperbaiki hubungan saya dengan uang. Seperti contohnya, ketika rasa takut 'kurang uang' muncul, reaksi saya sebelumnya adalah membiarkan diri saya terhanyut dan membikin diri saya sendiri tenggelam lebih dalam pada kekhawatiran nan tidak berkesudahan.

Namun sekarang, secara perlahan, saya belajar untuk memberikan respons nan berbeda ketika rasa takut itu datang. nan saya lakukan mengatakan pada diri saya sendiri bahwa saat ini saya berada dalam keadaan nan sangat baik, dan juga cukup dalam segala hal, terutama cukup bakal uang.

Saya mengatakan pada diri saya sendiri, 'pasti selalu ada cukup uang'. Kalimat itu saya katakan berkali-kali setiap saat hingga saya betul-betul mempercayainya. Saya juga mendorong diri saya untuk melakukan perihal nan sangat saya hindari sejak dulu, ialah menghitung duit saya sendiri.

Sebelumnya, saya kerap enggan untuk melihat, apalagi menghitung, berapa jumlah duit nan saya miliki baik itu dalam bentuk cash ataupun nan tertera di rekening koran. Ya, lantaran saya merasa duit saya sedikit, alias apalagi kadang tidak ada duit sama sekali.

Kini saya belajar untuk berani melihat, dan menghitung duit nan ada, seberapa pun mini nilainya. Hal ini adalah sebagai corak pengingat agar saya bisa menjadi lebih bijak dalam menggunakan uang. Karena dengan demikian, saya pun jadi belajar untuk menghargai diri saya sendiri.

Lama kemudian, barulah saya mengerti bahwa di kembali kondisi finansial saya nan berantakan, rupanya ada rumor tentang diri saya sendiri nan tidak pernah saya sadari sebelumnya. Rasa percaya diri sendiri nan rendah, nan membikin saya merasa tidak layak untuk menerima, ataupun mempunyai banyak uang.

Selain itu, lantaran saya tumbuh besar dengan menyaksikan bahwa duit kerap menimbulkan banyak pertengkaran, maka saya pun kehilangan rasa aman. Secara tidak sadar, akal saya pun percaya bahwa tidak kondusif rasanya jika mempunyai banyak uang. Karenanya, saya pun menjadi takut untuk mempunyai duit banyak. Sungguh aneh, bukan? Di satu sisi saya mau mendapatkan duit banyak. Tapi ternyata, secara bawah sadar, saya ini takut untuk mempunyai uang.

Dan, ketika mengetahui perihal itu, tidak mudah bagi saya untuk bisa menerimanya, apalagi melakukan upaya-upaya untuk memperbaiki pola pikir bawah sadar saya itu. Diperlukan waktu nan tidak sejenak untuk memahami bahwa makna duit nan saya miliki sekarang berangkaian erat dengan kepercayaan saya tentang duit nan telah tertanam jauh sejak usia dini.

Jadi, meskipun saya mengerti bahwa duit itu hanyalah barang mati, namun beragam peristiwa nan mengenai dengan uang, baik nan menyenangkan, ataupun tidak, sangat berpengaruh pada pola pikir dan pemahaman saya mengenai duit itu sendiri.

Tidak mudah untuk saya melakukan apa nan perlu saya lakukan agar pola pikir saya mengenai duit nan sekarang ini bisa berubah. Dan, tidak mudah juga untuk melepaskan semua kemelekatan saya pada beragam emosi nan tersimpan di setiap peristiwa tidak menyenangkan nan terjadi nan mengenai dengan uang. Meskipun demikian, saya tetap melakukannya lantaran saya mau memberikan makna baru nan lebih baik tentang uang. Bukan lagi stres dan kecemasan, melainkan keberlimpahan dan kemakmuran, sehingga kondisi finansial saya pun bisa berubah menjadi lebih baik.

Hingga kemudian, jika ada nan bertanya apa nan mau saya lakukan jika duit tidak lagi menjadi masalah, saya tidak lagi merasa bersalah saat saya menjawab: melakukan semua perihal nan saya inginkan, dan mewujudkan semua angan nan pernah tertunda. Karena saya telah siap untuk menerima dan mempunyai duit sebanyak nan saya inginkan.

Ika Lewono kolumnis, peminat self-healing

(mmu/mmu)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu