ARTICLE AD BOX
Militer Korea Selatan (Korsel) menahan seorang penduduk negara Korea Utara (Korut) nan nekat menyeberangi perbatasan kedua negara nan mempunyai penjagaan sangat ketat. Otoritas Seoul sedang menyelidiki lebih lanjut kejadian tersebut.
Kepala Staf Gabungan Militer Korsel (JCS) dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (4/7/2025), menyebut seorang penduduk Korut sukses melintasi Garis Demarkasi Militer (MDL) di area barat Zona Demiliterisasi (DMZ) kedua negara pada Kamis (3/7) waktu setempat.
MDL merupakan perbatasan de-facto antara kedua Korea, nan membentang di tengah DMZ -- wilayah perbatasan nan memisahkan kedua Korea, nan merupakan salah satu letak dengan ranjau terbanyak di dunia.
"Militer mengidentifikasi perseorangan di dekat MDL, melakukan pencarian dan pengawasan," kata JCS dalam pernyataannya.
Militer Korsel kemudian, sebut JCS, "berhasil melakukan operasi pemanduan standar untuk mengamankan penahanan".
Ditambahkan JCS dalam pernyataannya bahwa "otoritas terkait" bakal menyelidiki kejadian tersebut secara detail.
Warga negara Korut biasanya diserahkan kepada badan intelijen Seoul untuk menjalani pemeriksaan setibanya di wilayah Korsel.
Insiden ini terjadi setelah sebuah perahu kayu nan membawa empat penduduk Korut hanyut hingga ke perairan selatan perbatasan maritim de-facto pada Mei lalu. Seorang penduduk Korut lainnya membelot ke Korsel dengan menyeberang perbatasan de-facto di Laut Kuning tahun lalu, tiba di pulau Gyodong di lepas pantai barat Semenanjung Korea.
Simak buletin selengkapnya di laman selanjutnya.
Puluhan ribu penduduk Korut telah melarikan diri ke Korsel sejak area semenanjung itu terbagi dalam perang nan berkecamuk tahun 1950-an silam, dengan sebagian besar nekat melewati jalur darat rawan ke wilayah China terlebih dahulu, lampau memasuki negara ketiga seperti Thailand, sebelum akhirnya mencapai Korsel.
Pembelotan melintasi perbatasan darat nan membagi wilayah Semenanjung Korea tergolong jarang terjadi.
Jumlah tindakan pelarian nan sukses mengalami penurunan secara signifikan sejak tahun 2020 lalu, setelah Korut menutup perbatasannya -- dirumorkan dengan perintah tembak di tempat di sepanjang perbatasan darat dengan China -- untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Presiden Korsel Lee Jae Myung, nan menjabat sejak bulan lalu, telah berjanji untuk bersikap lebih lunak terhadap Pyongyang dibandingkan dengan pendahulunya nan agresif, Yoon Suk Yeol.
"Politik dan diplomasi kudu ditangani tanpa emosi dan didekati dengan logika sehat dan logika. Memutus perbincangan sepenuhnya adalah perihal nan tolol untuk dilakukan," sebut Lee dalam pernyataan pada Kamis (3/7).
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini