Mantan Diplomat Israel Sebut Hamas Adalah Penguasa Tunggal Di Gaza | Family Opera Initiative

Sedang Trending 4 minggu yang lalu
ARTICLE AD BOX

loading...

Hamas merupakan penguasa tunggal di Gaza. Foto/X/QudsNen

GAZA - Alon Pinkas, mantan duta besar Israel di New York, mengatakan kebuntuan atas Gaza tidak dapat diatasi lantaran saat ini tidak ada entitas politik pengganti bagi Hamas untuk mengisi kekosongan pemerintahan di sana.

Pinkas, nan juga mantan konsul jenderal Israel di New York, mengatakan tidak bakal ada kemajuan dalam situasi ini selama Israel bersikeras bahwa pemerintahan apa pun di sana tidak bakal mencakup Hamas.

Namun, dia menekankan bahwa mengingat kehancuran nan diderita Gaza, apalagi Hamas telah menyadari bahwa mereka tidak dapat mempertahankan kekuasaan dengan langkah nan sama seperti nan telah mereka lakukan selama sekitar dua dasawarsa terakhir.

"Jadi perlu ada kekuatan pelengkap," tambahnya.

"Ini bisa menjadi kekuatan antar-Arab dengan komponen Palestina di dalamnya," kata mantan duta besar itu, juga menekankan bahwa Israel saat ini menolak pendapat tersebut.

Sementara itu, Alon Pinkas, mantan duta besar dan konsul jenderal Israel di New York, mengungkapkan gencatan senjata di Gaza rapuh, tetapi sebagian besar telah terlaksana dan pertukaran info berhasil, kata Ia menambahkan bahwa kebenaran bahwa fase pertama terlaksana tidak serta merta menjadi pertanda baik untuk fase kedua nan lebih menantang.

“Alasannya adalah Netanyahu tidak tertarik pada fase kedua. Fase ini bakal mencakup pengurangan kekuatan Israel di Gaza pada hari ke-42, nan berfaedah seminggu dari sekarang. Pada hari ke-50, fase ini tidak hanya mencakup pengurangan kekuatan, tetapi juga penarikan pasukan,” kata Pinkas kepada Al Jazeera dari Tel Aviv.

Ia mengatakan gencatan senjata bakal berubah dari penghentian permusuhan, seperti nan diketahui sekarang, menjadi akhir perang, nan bukan merupakan sesuatu nan disukai perdana menteri Israel.

Baca Juga: Rusia Tetap Jadi Pemenang, Ukraina Kalah Memalukan

“Secara politis, dia tidak bisa melakukan penarikan pasukan maupun penghentian perang secara resmi,” katanya.

Pinkas menunjukkan bahwa menurut perjanjian, jika fase kedua tidak dilaksanakan, maka fase pertama secara otomatis berlanjut.

“Namun, hanya aspek gencatan senjata nan berlanjut, bukan pertukaran alias pengurangan kekuatan alias penarikan pasukan pada akhirnya, nan semuanya menjadi pertanda jelek bagi keberlangsungan gencatan senjata.”

(ahm)