ARTICLE AD BOX
Jakarta -
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi dalam sepekan ke depan sejumlah wilayah menghadapi kejadian cuaca ekstrem. Bupati Bogor Rudy Susmanto menyebut pihaknya sudah menyiapkan tim tanggap bencana.
"Semua tim tanggap darurat musibah standby untuk penanganan bencana," kata Rudy kepada wartawan, Jumat (11/7/2025).
Rudy mengatakan logistik kebutuhan bahan pokok dan kebutuhan tanggap darurat musibah sudah di-stock di BPBD dan Dinsos. Menurutnya, semua SKPD mengenai sedang dioptimalkan turun ke lapangan untuk melakukan penanganan pasca musibah di beberapa letak nan kemarin terdampak bencana.
"Tim nan lain juga sedang melakukan beberapa tahapan normalisasi saluran air dan penataan puncak. Walaupun beberapa perihal di luar kewenangan Pemkab Bogor, tetapi kami memprioritaskan untuk keselamatan dan kenyamanan masyarakat Bogor," ucapnya.
Selain itu, Rudy menyebut SKPD mengenai perijinan tetap maraton melakukan pertimbangan beberapa perizinan nan sudah keluar dari beberapa tahun lalu. Hal itu dilakukan agar seluruh perizinan nan ada sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan nan berlaku.
Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Seperti diketahui,BMKGmemprediksi dalam sepekan ke depan sejumlah wilayah menghadapi kejadian cuaca ekstrem. Kepala BMKG Dwikorita mengungkap salah satu wilayah nan berpotensi mengalami hujan lebat dalam seminggu ke depan merupakan Jabodetabek.
Selain Jabodetabek, wilayah lain nan berpotensi mengalami hujan dengan intensitas tinggi lainnya adalah Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku bagian tengah, serta Papua bagian tengah dan utara.
Tren cuaca ekstrem nan juga terjadi beberapa hari belakangan dipicu atmosfer tidak lazim nan membikin mundurnya musim tandus di sebagian besar wilayah Indonesia. Dwikorita juga menyoroti hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30 persen wilayah Zona Musim nan mengalami peralihan ke musim kemarau.
"Padahal secara klimatologis, pada waktu nan sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau," beber Dwikorita dalam konvensi pers Senin (7/7).
Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan anomali curah hujan nan sudah terjadi sejak Mei 2025 bakal terus berlangsung, dengan kondisi curah hujan di atas normal terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.
"Melemahnya monsun Australia nan berasosiasi dengan musim tandus turut menyebabkan suhu muka laut di selatan Indonesia tetap hangat dan perihal ini berkontribusi terhadap terjadinya anomali curah hujan tersebut," lanjut dia.
Selain itu, gelombang Kelvin aktif nan terpantau melintas di pesisir utara Jawa, disertai pelambatan dan belokan angin di Jawa bagian barat dan selatan memicu penumpukan massa udara.
Konvergensi angin dan labilitas atmosfer lokal juga terpantau kuat sehingga mempercepat pertumbuhan awan hujan. Adapun berasas suasana global, BMKG dan beberapa pusat suasana bumi memprediksi ENSO (suhu muka air laut di Samudra Pasifik) dan IOD (suhu muka air laut di Samudra Hindia) bakal tetap berada di fase netral pada semester kedua tahun 2025.
Hal ini berarti, dapat dipastikan bahwa sebagian wilayah Indonesia bakal mengalami curah hujan di atas normal dari nan semestinya terjadi di musim tandus alias disebut juga dengan tandus basah.
(fas/isa)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini