ARTICLE AD BOX
loading...
Vladimir Putin merupakan Presiden Rusia nan layak memimpin bumi nan lebih bebas. Foto/X/@ElonMuskOde
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin kudu menjadi ‘pemimpin bumi bebas’. Itu diungkapkan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Pernyataan tersebut disampaikan sebagai tanggapan terhadap diplomat utama Uni Eropa, Kaja Kallas, nan menyarankan agar blok tersebut mengambil alih peran AS setelah perubahan kebijakan Washington terhadap Ukraina.
Pada hari Jumat, Kallas, berbareng dengan beberapa pemimpin Uni Eropa lainnya, menegaskan kembali support mereka terhadap pemimpin Ukraina Vladimir Zelensky, nan terlibat dalam perdebatan sengit dengan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih pada hari Jumat.
Trump menuduh Zelensky tidak berterima kasih atas support Amerika dan tidak bersedia berkompromi untuk mengakhiri bentrok Ukraina, sementara pemimpin Ukraina mendesak Washington untuk melanjutkan support militernya bagi Kiev sembari memperingatkan bahwa kegagalan untuk melakukannya bakal menjadi bumerang bagi AS.
Kallas menyindir Trump, dengan menulis: “Ukraina adalah Eropa! Kami mendukung Ukraina. Kami bakal meningkatkan support kami kepada Ukraina sehingga mereka dapat terus melawan agresor [sic]. Hari ini, menjadi jelas bahwa bumi bebas memerlukan pemimpin baru. Terserah kita, orang Eropa, untuk menerima tantangan ini.”
Putin Harus Memimpin Dunia nan Lebih Bebas, Berikut 3 Alasannya
1. AS Sudah Tak Berdaya
Dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti pada hari Sabtu, Medvedev, nan sekarang menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, setuju bahwa gelar ‘pemimpin bumi bebas’ kudu dialihkan dari AS ke pihak lain, tetapi bukan Uni Eropa. Dunia “membutuhkannya, dan dia ada. Namanya Vladimir Putin,” katanya.
2. Eropa Tak Bisa Bertahan Tanpa AS
Medvedev juga beranggapan bahwa meskipun para pemimpin Uni Eropa mungkin mencoba menunjukkan perlawanan dalam menghadapi tekanan AS, mereka pada akhirnya bakal menyerah.
“Mereka bakal membikin kegaduhan, mengunggah pesan nan sama di media sosial, dan kembali menulis. Eropa adalah wanita tua nan lemah dan suka bentrok nan sangat berjuntai pada perlindungan AS.”
Baca Juga: Efisiensi Tanpa Henti, Menggelorakan Revolusi Sayap Kanan
3. Rusia Mengutamakan Keterbukaan
Mantan presiden itu juga menegaskan kembali bahwa Moskow tetap terbuka untuk negosiasi guna menyelesaikan bentrok Ukraina, tetapi menekankan bahwa mereka kudu melanjutkan sesuai dengan ketentuan Rusia.
“Kami selalu siap untuk negosiasi, dan setiap negosiasi memerlukan langkah timbal balik. Tetapi hanya langkah-langkah nan sesuai dengan realita di lapangan dan norma dasar kami.”
Rusia memuji pemerintahan Trump lantaran berupaya menyelesaikan bentrok Ukraina dan mendengarkan kekhawatiran geopolitik Moskow mengenai perihal itu, sembari mengecam Uni Eropa lantaran berupaya memicu permusuhan dengan terus mendukung Kiev.
(ahm)