ARTICLE AD BOX
- KapanLagi Show kali ini kehadiran tamu spesial dari para cast movie GJLS: IBUKU IBU IBU ialah Rigen Rakelna, Ananta Rispo dan Nadya Arina. Bersama host Indra Cahya, KapanLagi Show dikemas secara casual dan menyenangkan.
Tak hanya mereka berempat, KapanLagi juga menghadirkan para organisasi pecinta movie ialah Movieverse. Di mana para Movieverse ini mendapatkan kesempatan spesial untuk mengikuti bincang-bincang berbareng para cast Film GJLS: IBUKU IBU IBU. Seperti apa keseruan dari aktivitas KapanLagi Show ini? Ikuti sampai akhir ya!
1. Ide GJLS: IBUKU IBU-IBU
KapanLagicom/Daniel Kampua
Host : "Idenya ini datang dari siapa nih GJLS: IBUKU IBU-IBU?"
Rigen: "Ide bikin film, buahpikiran filmnya, alias buahpikiran judulnya tuh beda beda tuh?"
Rispo: "Ah beda, iya banyak orang nan terlibat."
Rigen: "Karena jika misalkan ditanya, buahpikiran awal bikin filmnya, itu justru datang tawaran dari PH (Production House) gitu. Tapi memang kita sudah pengen banget bikin movie tapi buahpikiran rayuan tuh datang dari PH gitu, itu namanya Mas Indra Yudhistira. Nah jika saya ceritain ini panjang, jadi kita langsung ke buahpikiran filmnya.
Host: "Boleh, oke!"
Rigen: "Ide filmnya itu dari, dari kita bertiga gitu, terinspirasi dari ceritanya Hifdzi tapi jika diceritain ini bakal panjang, jadi kita langsung ke buahpikiran judul. Judul itu dari Pak Monty Tiwa."
Rispo: "Nggak ada nan ngejawab apa-apa nih Mas."
Host: "Iya nggak ngejawab, nggak ngejawab apa-apa."
Rigen: "Ya tapi jika movie tuh awalnya emang dari tawaran lantaran kan kudu kita akui juga, kita tuh emang dari dulu, 2021 tuh pengen banget bikin movie gitu, eh 2020 tuh kita pengen banget bikin film, sampai kita bikin KUYUP dulu, movie pendek."
Host: "KUYUP movie pendek, iya movie luar biasa itu."
Rigen: "Dari situ, lenyap itu kita pengen lah bikin film. Nah Film KUYUP, itu banyak ditonton sama orang-orang, sineas-sineas juga lah gitu, salah satunya Pak Monty Tiwa gitu."
Sepak terjang Monty Tiwa dalam bumi perfilman sudah tak diragukan lagi. Banyak sekali karya laki-laki kelahiran 28 Agustus 1976 dalam bumi perfilman namun karya terbaru tahun 2025 ini di antaranya PERAYAAN MATI RASA sebagai penulis cerita, MENDADAK DANGDUT sebagai sutradara, penulis dan produser dan GJLS: IBUKU IBU-IBU sebagai sutradara dan penulis skenario.
Host : "Oh beneran iya?"
Rigen :" Bener, lantaran Cine Crib itu dia ngasih, rating di youtube-nya tiba-tiba 10/10. Itu kita nggak tahu apa-apaan gitu, kayaknya sih itu satir ya kayaknya itu."
Rispo : "Tapi walaupun dia satir kita percaya beneran 10."
Rigen : "Itu betul 10 gitu, kita percaya lah gitu absolut itu 10 tuh absolut sinema gitu. Jadi lenyap itu Pak Monty nonton juga, nah Pak Monty itu dari 2020 (atau) 2021 tuh jika nggak salah, dia udah ngajakin kita buat bikin karya bareng, "ayolah kita kudu bikin sesuatu bareng" gitu. Akhirnya di 2024 begitu kesuksesan (film) AGAK LAEN, itu nan menular ke podcaster-podcaster lain, salah satunya podcast GJLS gitu. Ada beberapa PH nan hubungin tapi akhirnya kita berjumpa sama Mas Indra Yudhistira, saat itu, kebetulan Mas Indra itu adalah orang nan bikin SUCI (Stand up Comedy Indonesia)."
Host: "Oh iya bener."
Rigen: "Orang bikin stand up, orang bikin SUCI, terus di Indosiar juga SUCA beliau juga nan bikin. Jadi kita mengutamakan untuk ketemu beliau dulu saat itu lantaran ya emang kita kenal lah gitu. Ketemu sama beliau terus ngobrol ngobrol-ngobrol. Mas Indra nanya, "kalau misalkan movie ini jadi digarap, kalian mau director-nya siapa?" Kita bilang Pak Monty Tiwa lantaran Pak Monty Tiwa udah kenal kita. Dan di saat itu juga Mas Indra ngomong "loh, Pak Monty bakal datang sekarang" Pak Monty datang? "iya lantaran PH ini punya saya sama Pak Monty" gitu. Jadi bener-bener ini istilahnya, bagai gayung di atas daun talas gitu."
Rispo: "Salah, gayung bersambut, ibaratkan gayung bersambut, gayung maksudnya ya."
Rigen: "Salah-salah, iya iya, itu maksudnya."
Rispo: "Suka nggak bisa pepatah ini."
Rigen: "Iya iya saya kurang-kurang jago, dia ini nan jago pepatah pepatah,soalnya."
Host: "Kenapa Bang Rigen, kok pengennya Pak Monty Tiwa?
Rigen: "Karena beliau udah tahu GJLS, lantaran jika misalkan, sama director lain, takutnya DNA-nya GJLS tuh jadi berkurang gitu takutnya, jadinya tuh movie GJLS, nan takutnya, movie sutradara tersebut nan ada GJLS-nya gitu, sedangkan kita pengen tetap, tetap kita pengen bikin gebrakan, movie karya seperti ini yang, betul-betul eksperimental, nan betul-betul terbaru ya, movie GJLS ini gitu, makanya kita ya udah pokoknya kudu Pak Monty dan Pak Monty sepakat dari awal, 'ya kita kudu bikin movie nan bener-bener beda' gitu, ya jika misalkan kita, ngomongin bikin movie bagus-bagusan, kocak lucuan, itu tuh nggak bakal ada ujungnya. lu jika misalkan kocak lucuan selera, jika misalkan bagus-bagusan itu selera juga tapi jika lu berani mendobrak satu tembok, sesuatu nan berbeda, itu tuh udah nggak bisa selera, lantaran itu lu bakal jadi pembeda gitu."
2. Seeksperimental apa sih?
KapanLagicom/Daniel Kampua
Host: "Bang Rispo seeksperimental apa sih Film GJLS: IBUKU IBU-IBU?"
Rispo: "Eksperimental, kenapa dibilang eksperimental lantaran gua sendiri kan sering nonton movie ya, film-film Indonesia. Ya banyaklah film-film Indonesia gua tonton dan pas gua preview movie ini. Belum pernah ada gitu movie di Indonesia ya komedi tapi seperti GJLS: IBUKU IBU-IBU ini gitu makanya dibilang eksperimental dan kayaknya ini movie pertama gitu dan jika ini sukses gitu kayaknya ya... bodoh aja gitu."
Rigen: "Kayak beneran ini kok sukses gitu."
Rispo: "Iya kok sukses gitu, tapi ya, namanya mencoba ya kan mas, mencoba sesuatu perihal nan baru gitu, mau menambah kaya, eh film-film di Indonesia gitu, makanya kita bikin movie kayak, GJLS: IBUKU IBU-IBU ini gitu."
Host : "Berarti emang di support ya untuk bikin, movie nan berbeda, meskipun mendobrak, nggak sesuai dengan, movie Indonesia pada umumnya?"
Rispo: "Disupport. Dari PH support dari sutradara udah oke gitu. Tapi uniknya kita, pernah melakukan fgd (forum grup discussion) gitu, kita coba tes movie ini ke, berapa ratus orang nan emang, nggak kenal GJLS. Fgd di kantor-kantor gitu, terus apa nan udah kita siapin, titik-titik tawa nan udah kita siapin, rupanya mereka pada ketawa gitu, dan rupanya emang ini movie dinikmatin oleh orang, nan tahu GJLS bakal sangat terhibur banget, nan nggak tahu pun tetap terhibur gitu lantaran masih... fungsinya Monty Tiwa di situ, ngejagain pemisah di mana ini tetap movie bioskop nih gitu, jika lewat jadi movie (yang ada di) reals."
Host: "Jadi nan pegang kontrolnya tetap GJLS?"
Rigen: "Nggak kontrol dari tetap Pak Monty Tiwa gitu, jadi kita, makanya lebih dikencengin, itu adalah saat brainstorming ide, saat kita penulisan script, kita reading. Jadi dikuatin dulu pondasinya, jadi ketika syuting tuh begitu, misalnya ada ide-ide liar dari Rispo, buahpikiran liar dari Pak Monty, itu kita sepakat, ini dipakai apa enggak gitu, terlalu liar apa enggak gitu. Jadi nggak dari GJLS doang tapi tetap dari Pak Monty. Ketika di letak syuting, kita udah angkat tangan, semuanya kita serahin ke Pak Monty Tiwa gitu."
3. Sebenarnya Cerita nan Dekat Dalam Kehidupan Sehari-Hari
KapanLagicom/Daniel Kampua
Host :"Menurut Kak Nadya,minta tolong diceritain dong premis alias sinopsis Film GJLS: IBUKU IBU-IBU ini seperti apa,dari asumsinya kak Nadya nihkan mereka kreatornya nih, jika dari co-castnya gimana?"
Nadya : "Sebenarnya jika misalnya kembali ke premis, ini ceritanya tentang cerita family sih. Cerita family di mana ada bapak, punya tiga anak nan cukup absurd, nan divisualkan oleh mereka semua (Rigen, Rispo dan Hifdzi) dan ada bentrok lah di dalamnya tentang, menerima sosok baru sebagai pengganti ibunya gitu Sebenarnya itu sih, maksudnya itu awal mula dari konflik-konflik nan ada di filmnya gitu, cuman akhirnya dikemas sama tim, sama Pak Monty juga, menjadi sesuai sama DNA nya GJLS gitu."
Host : "Jujur itu terdengar normal ya jika di cerita ini?"
Nadya: "Normal sebenarnya normal"
Rispo: "Tapi kita sangat meyakini komedi-komedinya, movie komedi, nan membikin orang stay nonton itu cerita. Makanya dramanya kudu dipikirin juga gitu, bukan asal-asal, tahu-tahu asing gitu, kan iba orang nonton gitu. Tahu-tahu begitu masuk bioskop ada alien gitu kan nan kayak gitu juga lantaran kita sadar sekali drama krusial banget dalam sebuah movie gitu. Karena jantung dari sebuah movie kan cerita gitu, makanya kita utamain banget. Nah inilah nan ngejagain kayak Nadya, ada Om Bucek ha ha."
Rigen: "Iya bener makanya sebenarnya ceritanya nih jika secara sinopsis, secara pengkarakteran, secara background, ceritanya, itu tuh justru betul-betul sangat-sangat grassroot banget. Sangat, kehidupan normal banget gitu kayak contohnya misalnya kita bertiga, pekerjaannya tuh gua pawang hujan, Rispo orang nan suka nan jaga warnet nan akhirnya terlibat pinjol dan gambling online. Hifdzi Host dangdut gitu, jadi dan argumen kita kenapa pekerjaannya seperti itu, itu juga lantaran bapak kita. Karena bapak kita itu majikan kosan, nan selama ini kosannya itu diurusin sama ibunya dan duit semua diatur sama ibunya. Pokoknya bokapnya tuh cuman baca koran, minum kopi gitu, ya kehidupan grassroot banget lah gitu kan. Nah begitu ibunya meninggal, makanya semua itu jadi acak-acakan gitu, nah anak anaknya tuh ngelihat bapaknya kan, kayaknya santuy aja deh bokap gua, duitnya ada aja gitu. Ya udah kita hidup santuy aja toh kita juga kelak paling diwarisin kosan gitu. Iya makanya kita kerja suka-suka hati kita, makanya di cerita sebenarnya dekat banget sama masyarakat gitu. Tapi justru kita selipin dengan komedi-komedi nan aneh, lantaran ini kita pengen, memperkenalkan. Jadi GJLS itu seperti ini ke penonton mungkin kelak baru cerita ke-2 kita, tiba-tiba bapaknya rupanya alien misalnya gitu ya."
Rispo: "Kok makin asing ya?"
Rigen: "Ini kan perkenalan jika orang udah tahu, "oh GJLS seperti ini, oh komedi seperti ini, komedi GJLS". Nah baru di movie ke-2 baru kita lezat tuh, udah mau main liar liar kayak gimana juga bisa gitu."
Rispo: "Tapi ini kenapa dibilang aneh, dalam satu film, 15 menit sekali plot twist. Bahkan nih baru mulai nih jika kalian nonton nanti, movie begitu mulai, satu menit langsung plot twist."
Nadya: "Ha ha nah itu bener, iya kan itu bener, itu kan itu bener."
Rispo: "Jadi tiap bentar plot twist, plot twist."
Rigen: "Nadya aja punya istilah apa, istilah movie kita ini movie apa?
Nadya: "Film kiri."
Rigen: "Film kiri lantaran emang, banyak, scene-scene nan di luar norma dalam perfilman gitu, kayak "hah, kok begini ya gitu". Jadi banyak-banyak nan ngagetin lah, seru seru banget original dah di movie ini."
4. Pendalaman Karakter Masing-Masing Pemain
KapanLagicom/Daniel Kampua
Host: "Pendalaman karakternya gimana apalagi mau jadi, absurd ya kan, dan ini seperti jadi diri sendiri, nah ini apakah ada kewatakan?"
Rispo: "Kalau pendalaman karakter itu agak lumayan susah, ya karena, kita biasa sehari-hari berbual kan bercanda. Tapi kita ada satu momen, ada scene nan bener-bener kudu drama gitu, kudu drama nan betul-betul emang tensinya tinggi gitu. Sementara kita, beberapa hari udah berbual terus, nah itu kudu apa, ya kayak harus, duh gimana nih, gimana nih gitu. Jadi pernah, satu momen lagi drama banget, Rigen sama Hifdzi udah serius, udah diam-diaman, pas action gua masuk ketawa. Terus akhirnya dia, bener-bener marah, beneran 'Goblok Lu Po!' gitu, jadi bener-bener marah, ya kayak nan kayak gitu-gitu. Jadi kudu menyesuaikan lantaran nyaris 80% lah bisa dibilang 80% itu komedi, cuman begitu masuk scene drama kita, jika gua agak-agak susah aja gitu, agak susah harus, kudu apa rahasia."
Host: "Oh ini switch-nya, plot twist berfaedah ya nggak bisa diceritain ya?"
Rigen: "Nggak, dia emang kagak nemu mau ngomong apaan lu, bukan plot terus dia emang kayak, aduh udah sih kata-kata gua."
Host: "Nadya ini sebelumnya pernah film, main movie komedi nggak sih?"
Nadya: "Pernah, kemarin terakhir ya itu."
Host: "Tapi seperti ini komedinya?"
Nadya: "Tidak, kayaknya emang nggak bakal ada, movie komedi nan kayak gini lagi sih. Mungkin sama sih sebenarnya sama Rispo nan paling susah itu jika untuk karakter aku. Jadi kan memang ada beberapa part di karakterku nan drama serius kan. Sedangkan dari awal kita reading tuh emang udah ketawa-ketawa dengan skrip sebegininya. Terus juga, mereka juga off screen juga sangat menyenangkan sekali. Pak Monty juga sukanya, sukanya kayak berbual gitu, terus tiba-tiba ada satu scene, ada satu dua scene nan serius. Dan gua kudu nangis-nangis segala macam, itu tuh susah banget lantaran emang vibes-nya dari awal emang kita nge build-nya, udah lah ini kita syuting movie apa ini sih sebenarnya gitu. Terus tiba-tiba, 'oh ya gue lupa rupanya kita syuting movie gitu', itu sih."
Rispo: "Nadya kudu berhadapan sama kita bertiga dan dia kudu nangis gitu kayak, gue juga gimana ya jika jadi Nadya."
Nadya: "Jadi nangisnya serius, guenya karakter gue, terus mereka responnya tuh nggak ada nan serius. jadi wah gila sih."
Rigen: "Tapi nggak, perbincangan lu juga berbual banget itu Nad sebenarnya."
Nadya: "Tapi gua kudu serius kan?"
Rigen: "Tapi kudu serius, jadi sebenarnya perbincangan dia, dia ada dialognya juga lucu. Tapi bener gitu, gimana sih maksudnya, gimana ya kayak secara situasi ya ini bener situasinya bener gitu. Tapi kata-kata itu kayak, 'tapi kan kocak ini' gitu ada. Makanya berapa kali nan sebenarnya ketawa justru gua tuh nggak kuat nahan ketawa gua. Gua jujur berapa kali nan scene itu kan, gua berapa kali nggak kuat gua ketawa lagi, ketawa lagi gitu. Ya gara-gara saking kocak perbincangan nan keluar, kayaknya nggak mungkin deh seorang, seorang seperti Nadya mengeluarkan kata-kata seperti itu di film. Dalam kehidupan nyata, kayaknya nggak mungkin dengan kondisi nangis, dalam kondisi nangis bilang asing banget ini. Ya sebenarnya secara situasi gitu sih ya, itu salah satu kesulitan nan lu rasain ya."
Nadya: "Iya."
Rispo: "Oh sama satu lagi jika mungkin nan dirasain Nadya alias Om Bucek, nan basic-nya bukan komedian. Om bucek tuh selalu bilang gua nggak berkomedi di sini, tapi pas gua nonton, ada emang situasi, segmen dan dialog. Dialog yang, memang kocak nih, mereka berdua nih Om Bucek lucu. Nah dia ada titik-titik tetap komedinya, walaupun dia nggak berkomedi gitu. Dia hanya nan memainkan peran, disuruhnya begini-gini. Tapi emang situasinya nan bikin kocak gitu, makanya ini, jenius tahu. Iya, makanya genrenya kita kasih nama scientific comedy.
Host : "Kalau Rigen, pendalamannya sebagai pawang hujan tadi?"
Rispo: "Ya Bang Rigen, gua penjelasan dulu. Dia emang beneran sakti teman-teman. Oh iya ya gua saksinya, pernah di Lampung dia berhentiin hujan waktu band mau main, terus ada lagi syuting tiba-tiba bisa berakhir tuh hujan buatan aja bisa dia berhentiin gitu."
Rigen: "Nggak ada itu, bohong itu ya."
Nadya: "Hujan buatan, bisa emang diberhentiin nggak sih?"
Rispo: "Tapi bapaknya sendiri pernah bilang ke gua. 'Rigen tuh jangan Anda bercandain jika kayak gitu-gitu, dia emang beneran udah saya isi.' Bapaknya ya Allah, diisi kesaktian, turun-temurun."
Rigen: "Kalau pawang hujan itu kan sebenarnya gara-gara, makanya kita tuh kayak karakternya, itu banyak nan dekat-dekat sama kita,. Kayak Hifdzi itu kan kebetulan dia punya orkes dangdut, kan orkes Melayu, makanya dia jadi host dangdut. Kalau gua kebetulan..."
Rispo: "Akuin aja akuin, aja emang bisa."
Rigen: "Ya gua bisa lah, haha. Ya gua, gua di gimmick in di YouTube tuh bisa pawang hujan, bisa berhentiin hujan."
Rispo: "Sebenarnya?"
Rigen: "Jadi ya aslinya, ya aslinya nggak bisa. Itu kan jika misalkan kita, ada Hifdzi buat bikin keselin ini kan nggak ada orang jadi percaya beneran entar takutnya. Iya bener-bener, tapi nggak nggak bisa gua pawang hujan. Jadi emang nan deket-deket itu sama kita karakternya, terus kayak Rispo kan dia pinjol ya, itu kan juga deket lah sama dia kan."
Host: "Oh iya?"
Rispo: "Ngalamin, ngalamin tapi kerabat Bang."
Rigen: "Oh iya, risetnya risetnya langsung dari kerabat gitu."
Rispo: "Dari itu setelah syuting kejadian beneran, emang bikin cerita suka kejadian nyata."
Rigen: "Jadi jika secara mendalam karakter nggak ada sih lantaran gue juga di movie ini, sebenarnya. Ritual-ritual jadi pawang hujannya nggak ada juga sebenarnya sih, paling cuman kayak muter-muter itu doang jika nan lihat di trailer."
Nadya: "Sebenarnya itu bukan karakter kita semua, gimmick doang."
Rigen: "Kan gimmick doang. Jadi sebenarnya kita, justru ketika kita selesai cut, itu baru kita berakting. Baru kita capek, diam-diaman itu. Tapi ya kayak nan tadi dibilang sama Rispo ya, itu kita bertiga di sini memang udah temenan. Maksudnya udah sering ketemu, udah sering bercanda. Cuman kan dalam movie itu kan kita kudu merangkum dari beberapa banyak kejadian nan kita kudu rangkum. Jadi berapa menit lah hitungannya jadi 90 menit. Jadi kita kudu memainkan itu kan. Jadi secara akting tuh ya kita kudu ngikutin sesuai script gitu. Nggak bisa kita berbual terus lantaran jika aslinya kan kita bertiga, emang hobinya berbual kan gitu. Ketika misalnya script-nya kayak kudu sedih, script-nya kita kudu berantem, ya kita kudu ngikutin kayak gitu-gitu. Jadi tetap ada keseriusannya lah dalam movie ini. Nah itu nan tadi Rispo bilang itu, itu gua sumpah keselnya minta maaf gua sama Rispo, nan gua lagi akting segmen marah sama Hifdzi itu gua udah, wah kita kudu akting."
Rispo: "Biar Lu keselnya makin dapet."
Rigen: "Nggak, tapi itu kan harusnya nggak kesel sama Lu. Gua lagi method nih, gua bilang nih gua lihat akting method, gua pernah ngelihat Vino G Bastian dia buat scene-scene berat itu dia berdiam diri sampai dia makai headset nggak mau diajak ngobrol. Gua ikutin, gua pakai headset, gua nggak mau ngobrol sama siapapun."
Rispo: "Muter lagu nggak Lu?"
Rigen: "Nggak tahu, gua makai doang, kan gua nggak denger soalnya."
Rispo: "Kalau Vino kayaknya muter lagu dong."
Rigen: Gua makai doang, gua ngelihatin secara look visual doang, makanya gua ikutin nama Hifdzi, gua bilang Hip kita jangan-jangan berbual lah hari ini. Lah udah tuh begitu adegan, oke action, kita berantem, wah Rispo datang tiba-tiba, dia datang terus misahin dan panas juga lantaran ngelihat abang-abangnya marah, berantem kan, dia misahin. Terus dia ngelihat ke gua gini (impersonate sembari tersenyum), ha ha kayak gini. Bayangin buyar semuanya langsung, gara-gara dia, (sensor) banget ini orang, sumpah dah kesel gua. Ha ha. Iya kayak terlalu berbual lah tapi justru ya itu, ada seru serunya jadi cerita."
Host: "Di akhir movie gitu, nan kayak berbual masuk?"
Rispo: "Oh jika bloopers itu terakhir dapat info dari Pak Monty, bloopers-nya doang 90 (menit) itu Lu kebayang nggak ini syutingnya kayak gimana nan kudu dibuang-buang, nan nggak krusial nggak krusial itu rupanya 90 menit. Bisa jadi movie sendiri itu."
Rigen: "Uncut entar uncut, kita jual uncut."
Host: "Bagaimana ceritanya bisa ada beberapa nama besar di movie ini?"
Rispo: "Nggak, kita kan Om Bucek ya namanya. Kita kan ada casting director, nah tapi pemilihan pemain kita selalu dilibatkan, "Ini aja mau nggak gitu, ini aja gitu, oh ya ya ya gitu," iya semua sih. Apalagi kan ketambahan Maxime, oh ada Maxime, ada Umay. Kita tahu kan dia tokoh kan gitu, di sini dia jadi cameo ha ha."
Rigen: "Tapi rata-rata kalau-kalau pemain tuh, ya kayak Om Bucek tuh ya, dari casting director tapi memang nanyanya ke kita dulu ya, bapaknya si, "ini oke nggak, oke banget sih" secara look mirip lah gitu kan kita, ha ha mirip-mirip. nan kita betul-betul milih dan kita nggak mau orang lain nan mainin itu. Ada satu pemeran nan kita kudu dia nan main."
Rispo: "Iya nyaris nggak bisa, jadwalnya nggak bisa kita tunggu."
Rigen: "Kita tunggu sampai akhirnya, agenda syuting kita sesuaiin sama agenda nan dia bisa, makanya syuting hari itu itu hanya satu tempat tuh, tahu nggak lu siapa-siapa? Beni.
Host: "Benny?"
Riapo: "Karena kita bener-bener pengen mukul dia secara legal, ha ha. Jadi kan hanya bisa pas syuting gitu, iya Benidictivity itu Beni Siregar sama untuk memperkaya aliran movie kita, kita ada dramanya ada komedinya, horornya ada."
Nadya: "Dia bagian seram ya?"
Rispo: "Bukan, animasi ha ha. Jadi komplit jadi animasi, musikalnya ada. Nadya sama Om Bucek nyanyi."
Host: "Nadya, diantara bertiga Rigen, Rispo dan Hifdzi nan paling care siapa dari mereka, nan mengajari di bumi komedi?"
Rispo: "Rigen sih, soalnya Rigen pernah bilang Nadya manis ha, ha. Iya, iya bener kan, tiga kali Gen."
Rigen: "Itu kan nan namanya kayak, ya dia emang ya manis ya, keren gitu Mas (sambil nunjuk host), keren banget gitu, misalnya."
Rispo: "Tapi dia nggak, dari jauh gitu posisinya. "Po, Po Nadya..."
Rigen: "Nggak, gua lagi nonton di ruang di monitor ya kan gua lihatin. Gua cuman dia, gua ngomong Nadya manis sih nih. Nih mukanya tuh Indonesia banget, gua gitu. Ayu gitu kelihatannya gua cuman muji doang, kayaknya sih dia bisa jadi artis Indonesia, the next of mungkin Dian Sastro alias siapa gitu. Amin dulu ya amin dulu main film, tapi maksudnya kan bukan buat di situ Po, maksudnya ya kayak gitu lah, gue cuman gitu doang, nggak ada."
Rispo: "Tapi ada 3 kali 3 momen."
Rigen: "Ya tiga scene."
Rispo: "Pas reading juga."
Rigen: "Ya pas reading kan pertama kali, cocok sih gitu kayak, tadi aja jawabannya si Nadya nan ditanya."
5. Rigen Paling Care?
KapanLagicom/Daniel Kampua
Host: "Iya bener Rigen nggak kak Nadya (yang paling care)?"
Nadya: "Mereka tuh punya kayak karakternya masing-masing sih, jika Hifdzi itu orangnya nan wise lebih kayak kebapakan. Terus jika Rigen lebih nan kayak saklek, lebih nan jelas gitu kayak maunya ini gitu. Kalau Rispo jujur ya sampai detik ini, gue mungkin tapi paling sering chat sama Rispo sih ha ha. Chat ini janjian pakai baju apa, hanya jika Rispo tuh kayak dari awal gua kenal dia, dia kan jika ngomong suka nadanya, Lu tahu nggak sih nan suka kayak gua, nggak tahu nih orang tuh lagi serius alias enggak gitu, tapi serius ternyata.
Rigen: "Kalau gua tadi apa saklek, iya nggak nyangka gua lu kenal."
Host: "Merasa merasa saklek nggak, Bang Rigen?"
Nadya: "Tapi bagus dong ya bagus."
Rigen: "Gua nggak nyangka Lu kenal gua sejauh itu ternyata, ha ha."
Nadya: "Haha, tapi tahu nggak sih Rispo, Rigen tuh suka cinlok."
Host: "Suka cinlok?"
Rispo: "Sempet sama Luna. Iya ini gua buka aja."
Nadya: "Sebelum sama Maxime kan, bukan ini kita di..."
Rispo: "Kalau Rigen nan cerita kan. Jadi, nah sama Luna Maya itu sebenarnya belum cinlok, tapi Rigen udah, mewanti-wanti Luna, Rigen bilang ke Luna maya, Luna gua nih mudah baper, lu kudu jaga diri."
Rigen: "Gua kan ngidolain Luna Maya, gua nonton Luna Maya dari dulu lah, gua penikmat karya karyanya gitu kan, dari dia nyanyi sama hijau daun gitu, gua tahu semua kan."
Rispo: "Mana emang ada?"
Rigen: "Nah dengar itu kan, iya itu gua tahu gitu, jadi, begitu gua ini gua bilang bahwa "gua tuh ngidolain lu dan gua takut lu kan udah punya laki-laki gitu, gue juga udah punya family nih, gue takut kita, kita cinlok dan gue tuh orangnya mudah baper lantaran gue udah ngidolain lu gitu, gue udah kagum, jadi gue minta ya, lu bisa-bisa bikin tembok sendiri lah."
Nadya: "Bener ya udah bikin tembok bentengan di sana."
Rigen: "Dan akhirnya bener kan, pas syuting, Luna Maya tuh akhirnya mau ruangannya sendiri, nggak mau bareng gitu. Kayaknya gara-gara dia takut itu deh, akhirnya dia ngebentengin dirinya gitu Aku. "Aku pengen seruan dikit, takutnya entar saya baper" kayaknya gitu juga deh."
Rispo: "Posisinya dia udah punya Maxime lah jika beranjak ke Lu, terlalu parah lah gua."
Rigen: "Gua kan gojek gimana sih, banyakan temen gua."
Rispo: "Sama Nadya, Lu juga sempat nggak lezat katanya sama Jerome, nggak nggak ada, jika sama Nadya."
Rigen: "Jangan nan mungkin lah Po."
6. Capai Penonton 50 Juta
KapanLagicom/Daniel Kampua
Host: "Ini katanya kan mau mencapai,penonton terbanyak 50.000.000 penonton?"
Rispo: "Target-target itu ya, sasaran by data, by data."
Host: "By info apa?"
Rispo: "Itu data-data, gua bikin sendiri coba."
Nadya: "Coba 50 juta penonton tuh gimana, by info Lo?"
Rispo: "Karena, penonton film, followers IG GJLS kan 54 ribu, waktu itu. Waktu gua nge-reset itu sekarang udah lebih sih. Cuman gua tetap berpatokan sama itu gitu, 54 ribu followers GJLS gua asumsiin per orang bawa 1.000 orang nonton tuh 54 juta kan belum kayak kita media visit sini, ini teman-teman sini masing-masing, 500 aja udah."
Rigen: "Sumpah itu by data, by info orang ngaco itu bener dah, apa by data, ya gue sih amin ya, cuman kayaknya, kok kayak ngablu nih orang ya, by datanya kayaknya nggak gitu deh langkah ngitungnya."
Rispo: "Karena kan bermimpi kudu setinggi-tingginya Gen, jikalau jatuh kan kita ya 53 nggak apa-apa ya."
Rigen: "Itu berfaedah mimpi, bukan by data, jika kayak gitu, itu berfaedah mimpi."
Rispo: "Dibikin-bikin info gitu jika make sense orang nanya 54 juta nih, dasarnya apa, ah gua bikin aja itu."
Host: "Kalau Bang Rigen make sense-nya berapa kira-kira targetnya?"
Rigen: "Gue tuh susah jika misalkan ngomongin angka-angka gitu ya lantaran gue nggak tahu ya nggak bisa ditebak kadang movie itu tuh. Tapi jika gue sih selalu berdoa, berambisi ya di atas 5 juta lah gitu. Tapi jikalau misalnya di bawah 5 juta berapapun kelak penonton movie ini, gue sih udah senang sama kita bertiga, sama GJLS terutama. Kita sudah sukses menyelesaikan movie layar lebar nan udah jadi cita-cita kita. Kita udah ngebuatnya dengan hati dan tanpa ada rasa penyesalan apapun gitu. Kita ngikutin semuanya dari proses syuting, proses itu kita ikutin sampai ke promo-promo, kita juga ngasih ide, kita dimasukin, diajak terlibat juga. Jadi kita udah puas, kita udah senang dengan semuanya gitu, jadi berapapun hasilnya itu nanti, ya udahlah kita syukurin, alhamdulillah, kita udah sukses buat ngebikin movie GJLS: IBUKU IBU-IBU."