Sidak Di Pasar Kramat Jati, Dpr Temukan Minyak Merk Lain Tak Sesuai Takaran

Jakarta -

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, berserta jejeran Komisi VI DPR nan menangani lingkup perdagangan melakukan inspeksi dadakan (sidak) di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Dalam sidak itu, DPR menemukan merek minyak goreng lainnya nan tidak mencantumkan kedaluwarsa dan tidak sesuai takaran.

Pantauan di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (14/3/2025), sidak berjalan dari pukul 07.51 WIB. Tampak Ketua Komisi VI DPR RI, Anggia Erma Rini beserta Wakil Ketua Komisi VI nan lain, ialah Andre Rosiade, Nurdin Halid, Eko Hendro Purnomo dan Adisatrya Suryo Sulisto.

Dalam tinjauan ini, DPR RI mengambil tiga sampel Minyakita dari produksi nan berbeda untuk dicek standarisasi ukurannya. Pada momen ini Dasco dan personil Komisi VI nan lain menemukan merek Rizki nan diproduksi PT Bina Karya Prima tak mencantumkan tanggal kedaluwarsa hingga kode produksi.

"Ini bukan Minyakita, tapi ini nggak boleh," ujar Dasco.

Adapun personil Komisi VI Fraksi PDIP, Rieke Diah Pitaloka, turut mengomentari temuan minyak bermerek Rizki itu. Rieke menyebut dalam bungkusan minyak goreng tersebut juga tidak terdapat kode produksi, tanda expired, serta takaran nan tidak sesuai dengan nan semestinya 800 ml.

"Penjualnya bilangnya katanya 800 (ml), tapi nggak," ujar Ketua Komisi VI Anggia.

Usai meninjau Pasar Kramat Jati, Dasco menyebut bungkusan minyak itu kudu ditarik dari pasaran. Ia menegaskan tak ada pencantuman soal kadaluwarsa hingga kode produksi menyalahi aturan.

Pun, Dasco menyebut nilai nan dibandrol untuk ukuran 800 Ml minyak Rizky lebih tinggi daripada nilai Minyakita nan 1 liter. Dikatakan penjual, nilai minyak tersebut dibandrol Rp 16 ribu sementara Minyakita Rp 15.700 berasas nilai satuan tertinggi (HET).

"Harusnya ditarik," kata personil Komisi VI Rieke Diah Pitaloka di lokasi.

"Harus, kudu ditarik, dari pasaran menurut Mba Oneng ini lantaran itu merugikan masyarakat tentunya. Kalau dia sudah kedaluwarsa tentunya merugikan kesehatan, rawan dan kemudian dari segi ekonomis harganya sangat mahal dibandingkan nan 1000 milimeter," ujar Dasco.

(dwr/yld)