Trump Mulai Phk Massal Staf Voice Of America

Sedang Trending 18 jam yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memulai pemecatan massal di Voice of America (VOA) dan media-media lain nan didanai AS. Keputusan Trump ini memperjelas niatnya untuk membekukan media-media nan telah lama dianggap krusial bagi pengaruh AS.

Hanya sehari setelah semua tenaga kerja dirumahkan, para staf nan bekerja berasas kontrak, menerima email nan memberi tahu mereka bahwa mereka diberhentikan pada akhir Maret.

Dilansir instansi buletin AFP, Senin (17/3/2025), email tersebut, nan dikonfirmasi kepada AFP oleh beberapa karyawan, memberi tahu tenaga kerja perjanjian bahwa "Anda kudu segera menghentikan semua pekerjaan dan tidak diizinkan untuk mengakses gedung alias sistem agensi mana pun."

Para pekerja perjanjian merupakan sebagian besar tenaga kerja VOA dan mendominasi staf dalam jasa bahasa non-Inggris, meskipun nomor terbaru belum tersedia.

Banyak dari pekerja perjanjian tersebut bukan penduduk negara AS.

Adapun para staf penuh waktu (full-time) di VOA, nan mempunyai lebih banyak perlindungan hukum, tidak segera diberhentikan, tetapi tetap menjalani libur administratif dan telah diberitahu untuk tidak bekerja.

Voice of America, nan dibentuk selama Perang Dunia II, disiarkan ke seluruh bumi dalam 49 bahasa dengan misi menjangkau negara-negara tanpa kebebasan media.

Sebelumnya, Trump menandatangani perintah pelaksana pada hari Jumat lalu, nan menargetkan US Agency for Global Media alias Badan Media Global AS, selaku induk VOA, dalam pemangkasan besar-besaran terbarunya terhadap pemerintah federal.

Badan tersebut mempunyai 3.384 tenaga kerja pada tahun fiskal 2023. Badan tersebut telah meminta US$950 juta untuk tahun fiskal saat ini.

Pemotongan besar-besaran tersebut juga membekukan Radio Free Europe/Radio Liberty, nan dibentuk dalam Perang Dingin untuk menjangkau jejak blok Uni Soviet, dan Radio Free Asia, nan didirikan untuk menyediakan laporan ke China, Korea Utara, dan negara-negara Asia lainnya dengan media nan sangat dibatasi.

"Saya sangat sedih lantaran untuk pertama kalinya dalam 83 tahun, Voice of America nan tersohor itu dibungkam," kata Direktur VOA, Michael Abramowitz, dalam pernyataan nan diposting di akun FB pribadinya, dikutip oleh NPR, Minggu (16/3).

Abramowitz, nan termasuk dalam 1.300 korban pemutusan hubungan kerja (PHK), mengakui bahwa VOA memang memerlukan reformasi agar lebih baik. Namun, ujarnya, keputusan ini justru menghalang misi VOA dalam menyampaikan buletin dan program budaya kepada dunia.

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu