ARTICLE AD BOX
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengeluarkan perintah pengerahan dua kapal selam nuklir pada Jumat (1/8) waktu setempat. Trump menyebut langkah ini sebagai tanggapan atas apa nan disebutnya "pernyataan nan sangat provokatif" dari eks presiden Rusia nan sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev.
Trump mengumumkan pengerahan kapal selam nuklir itu dalam sebuah unggahan pada Jumat (1/8) di platform Truth Social miliknya. Ia tidak merinci secara spesifik ke mana kapal selam tersebut bakal ditempatkan alias keahlian apa nan dimiliki kapal selam tersebut.
"Berdasarkan pernyataan nan sangat provokatif dari mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, nan sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusia, saya telah memerintahkan dua Kapal Selam Nuklir untuk ditempatkan di wilayah nan sesuai, untuk berhati-hati jika pernyataan tolol dan provokatif ini lebih dari sekadar itu," tulis Trump.
"Kata-kata sangat penting, dan seringkali dapat menyebabkan akibat nan tidak diinginkan, saya minta ini tidak bakal menjadi salah satunya," tambahnya, dilansir ABC News, Sabtu (2/8/2025).
Awal Mula
Trump dan Dmitry Medvedev, mantan presiden Rusia nan sekarang menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, telah bentrok di media sosial selama beberapa hari terakhir. Namun, ribut-ribut itu memanas setelah Medvedev mengatakan agar Trump mengingat bahwa Rusia mempunyai keahlian serangan nuklir era Uni Soviet sebagai pilihan terakhir.
Mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev. Dia sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Federasi Rusi (Foto: Sputnik/Valentin Yegorshin/Pool via REUTERS)
Dilansir instansi buletin AFP, Sabtu (2/8/2025), perihal ini disampaikan sekutu Presiden Rusia Vladimir Putin itu setelah Trump meminta Medvedev untuk "berhati-hati dengan ucapannya."
Trump, dalam sebuah unggahan di media sosial Truth miliknya, mengkritik tajam Medvedev. Ini disampaikan Trump setelah Medvedev mengatakan bahwa ancaman Trump untuk menjatuhkan tarif balasan kepada Rusia dan para pembeli minyaknya adalah "permainan ultimatum", dan selangkah lebih dekat menuju perang antara Rusia dan Amerika Serikat.
"Beri tahu Medvedev, mantan Presiden Rusia nan gagal, nan merasa dirinya tetap Presiden, untuk berhati-hati dengan ucapannya. Dia memasuki wilayah nan sangat berbahaya!" tulis Trump, dalam peringatannya kepada Medvedev, dilansir instansi buletin Reuters.
Sebelumnya pada 29 Juli, Trump mengatakan Rusia mempunyai "10 hari dari hari ini" untuk menyetujui gencatan senjata di Ukraina alias bakal dikenakan tarif, berbareng dengan para pembeli minyaknya. Moskow, nan telah menetapkan persyaratan perdamaiannya sendiri, sejauh ini belum mengindikasikan bakal mematuhi tenggat waktu Trump.
Pernyataan Trump itu ditanggapi keras oleh Medvedev. "Trump sedang memainkan permainan ultimatum dengan Rusia: 50 hari alias 10 hari... Dia kudu ingat 2 hal: 1. Rusia bukanlah Israel alias apalagi Iran. 2. Setiap ultimatum baru adalah ancaman dan langkah menuju perang. Bukan antara Rusia dan Ukraina, tetapi dengan negaranya sendiri," tulis Medvedev di media sosial X awal pekan lalu.
Kemudian dalam postingannya pada hari Kamis (31/7) waktu AS, Trump mengatakan dia tidak peduli apa nan dilakukan India -- salah satu pembeli minyak terbesar Rusia berbareng China -- terhadap Rusia.
"Mereka bisa bersama-sama menghancurkan ekonomi mereka nan mati, terserah saya. Kita hanya berbisnis sedikit dengan India, tarif mereka terlalu tinggi, termasuk nan tertinggi di dunia. Demikian pula, Rusia dan AS nyaris tidak berbisnis bersama. Mari kita pertahankan seperti itu," ujarnya.
Medvedev pun merespons dengan mengatakan bahwa pernyataan Trump tersebut menunjukkan bahwa Rusia kudu melanjutkan kebijakannya saat ini.
"Jika beberapa kata dari mantan presiden Rusia memicu reaksi gugup seperti itu dari presiden Amerika Serikat nan berwibawa, maka Rusia melakukan segalanya dengan betul dan bakal terus melangkah di jalurnya sendiri," kata Medvedev dalam sebuah unggahan di Telegram.
Trump semestinya ingat, katanya, "betapa berbahayanya 'Tangan Mati' nan legendaris itu," sebuah referensi terhadap sistem komando semi-otomatis rahasia Rusia nan dirancang untuk meluncurkan rudal nuklir Moskow, jika kepemimpinannya telah dilumpuhkan dalam serangan pemenggalan kepala oleh musuh.
Menanggapi pernyataan Medvedev, Trump mengatakan bahwa dia telah memerintahkan pengerahan dua kapal selam nuklir ke "wilayah nan sesuai". Trump menyebut langkah ini sebagai tanggapan atas apa nan disebutnya "pernyataan nan sangat provokatif" dari Medvedev.
(kny/idh)