ARTICLE AD BOX
Seorang mantan sersan Angkatan Udara Amerika Serikat dieksekusi meninggal atas pembunuhan istri dan dua anaknya nan tetap kecil-kecil. Eksekusi meninggal dengan langkah disuntik mati ini dilakukan di negara bagian Florida pada hari Kamis (31/7) waktu setempat.
Dilansir instansi berita AFP, Jumat (1/8/2025), Edward Zakrzewski (60) telah mengaku bersalah atas pembunuhan istrinya, Sylvia, putranya, Edward (7) dan putrinya, Anna (5) pada bulan Juni 1994.
Istrinya dipukuli dengan linggis, dicekik dengan tali, dan dipukul dengan parang.
Kedua anaknya dibacok hingga tewas dengan parang. Parang itu dibeli Zakrzewski saat rehat makan siang setelah dia diberi tahu bahwa istrinya berencana menceraikannya.
Zakrzewski melarikan diri ke Hawaii dan mengubah namanya setelah pembunuhan tersebut. Namun, dia menyerahkan diri empat bulan kemudian setelah diidentifikasi oleh teman-temannya di sebuah aktivitas televisi berjudul "Unsolved Mysteries."
Zakrzewski disuntik mati pada pukul 18.12 (22.12 GMT) di Penjara Negara Bagian Florida di Raiford, setelah permohonan bandingnya ditolak oleh Mahkamah Agung AS pada hari Rabu (30/7) waktu setempat.
Pensacola News Journal melaporkan kata-kata terakhirnya sebelum dieksekusi mati. "Saya mau berterima kasih kepada orang-orang baik di Negara Bagian Sunshine lantaran telah membunuh saya dengan langkah nan paling dingin dan penuh perhitungan, bersih, manusiawi, dan efisien. Saya tidak mempunyai keluhan apa pun," kata Zakrzewski.
Dilaporkan ada 27 eksekusi meninggal di Amerika Serikat tahun ini, terbanyak sejak 28 eksekusi meninggal pada tahun 2015.
Termasuk Zakrzewski, 22 eksekusi dilakukan dengan suntikan mematikan, dua dilakukan oleh regu tembak, dan tiga dengan hipoksia nitrogen, ialah pemompaan gas nitrogen ke dalam masker wajah, nan menyebabkan tahanan meninggal lemas.
Penggunaan gas nitrogen sebagai metode balasan meninggal telah dikecam oleh para mahir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai tindakan nan sadis dan tidak manusiawi.
Hukuman meninggal telah dihapuskan di 23 dari 50 negara bagian AS, sementara tiga negara bagian lainnya -- California, Oregon, dan Pennsylvania -- telah menerapkan moratorium.
Presiden Donald Trump adalah pendukung balasan mati. Pada hari pertamanya menjabat, dia menyerukan ekspansi penggunaan balasan meninggal "untuk kejahatan paling keji."
(ita/ita)