ARTICLE AD BOX
Yogyakarta -
Besarnya nama PT. Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul) dalam bumi jamu di Indonesia, tak membikin Sido Muncul berakhir berinovasi. Khususnya untuk menjaga warisan budaya hingga berkontribusi mengembangkan UMKM seperti pelaku upaya angkringan.
Sido Muncul dikenal sebagai pelopor modernisasi jamu hingga mengubah persepsi bahwa jamu bukan sekadar minuman tradisional, tapi bisa menjadi produk kesehatan nan praktis, higienis, dan berbobot tinggi. Inovasi produk seperti Tolak Angin, Kuku Bima, dan lainnya menjadi bukti keberhasilan transformasi itu.
Namun, kelebihan Sido Muncul tak hanya di sisi produk, komitmen sosial perusahaan tercermin dalam program-program pemberdayaan masyarakat, pembinaan UMKM, pelestarian lingkungan, hingga support terhadap seni dan budaya Indonesia.
Di tengah gempuran style hidup modern, Sido Muncul datang dengan inisiatif berarti lewat Pelatihan Angkringan Jamu Sido Muncul pada Kamis, (31/7), nan bermaksud untuk memperkenalkan produk Jamu Sido Muncul ke khalayak dan mengangkat kembali budaya jamu sebagai warisan leluhur nan relevan dan membumi.
Tak hanya langkah meracik jamu, training ini memberikan banyak materi nan berfaedah bagi ratusan pelaku upaya angkringan agar semakin berkembang. Sido Muncul menghadirkan pemateri nan andal pada training nan digelar di The Westlake Resto, Sleman, Yogyakarta.
Adapun tokoh nan datang adalah Direktur Sido Muncul Dr. (H.C.) Irwan Hidayat dan Ahli Herbal Medis dr. Rianti Maharani, M.Si (HERBAL), FINEM AIFO-K.
Keduanya memaparkan materi nan terbagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama ada product knowledge dan faedah jamu bagi kesehatan, kemudian disusul materi sesi kedua ialah demo seduh jamu. Ditutup materi sesi ketiga tentang higienitas dan sanitasi.
Pada materi awal, Irwan Hidayat menceritakan awal mula dia mulai membesarkan Sido Muncul dengan menginovasikan produk-produknya. Irwan memaparkan segala macam langkah nan dia gunakan untuk membesarkan Sido Muncul guna memotivasi pebisnis angkringan peserta pelatihan.
"Saya berambisi mereka jadi pengusaha angkringan nan sukses dan bisa dikembangkan. Bisnis ini bisa dikembangkan menjadi upaya nan lebih baik," jelas Irwan di sela pelatihan, Kamis (31/7/2025).
"Saya kasih contoh gimana saya memulai dari nol, dari kecil, hingga bisa seperti hari ini. Saya berambisi mereka bisa menjadi lebih baik," sambungnya.
Foto: Sido Muncul
Bukan tanpa alasan, dipilihnya pelaku upaya angkringan sebagai peserta dalam training ini lantaran angkringan mempunyai potensi berkembang nan sangat besar sebagai bisnis.
Selain itu, angkringan menjadi tempat nan paling cocok untuk melestarikan tradisi minum jamu lantaran letaknya nan sangat dekat dengan masyarakat. Angkringan, menurut Irwan, bisa survive dan berkembang secara upaya lantaran menjual bermacam pilihan kuliner.
"Kalau dulu orang hanya jual jamu, jika hanya jual jamu kan nggak bisa (survive). Nah mereka (angkringan) kan juga jual gorengan, siapa tahu kelak ada angkringan soto, jual jamu, jual roti, buat tempe sendiri," papar Irwan.
Lewat materi dan motivasi nan dia berikan, Irwan berambisi berharap UMKM ini bisa tumbuh menjadi satu kekuatan tersendiri. Tumbuhnya pelaku upaya tentu artinya bisa meningkatkan kesejahteraan mereka.
"Saya memberi motivasi ya, bahwa mereka tuh dahsyat semua. Dan jika dikelola dengan baik, kuncinya itu, produknya baik, bersih, harganya masuk logika dan bisa diterima konsumen," urai Irwan.
"Jadi support kami ya ini, pencerahan. Ya jika support ya training ini, paling sponsor, apa nilainya dibanding pengetahuan bahwa mereka bisa jadi bisa, dan cara-cara nan bisa ditiru," lanjutnya.
Irwan juga menegaskan jika usai mendapat training ini, tidak ada paksaan untuk para pedagang angkringan hanya menjual produk Sido Muncul. Malah dia berambisi para peserta training bisa mengembangkan ide-idenya sehingga tujuan pelestarian jamu bisa terwujud.
Irwan justru mengaku berterima kasih jika nantinya, lewat training ini, para peserta bisa berinovasi hingga mengembangkan bisnisnya. Ia juga mempersilahkan para peserta untuk 'panjat sosial' dengan Sido Muncul agar bisnisnya terus berkembang.
"Buat kami nggak masalah. Soal kelak sponsor kan nggak hanya dari kami saja, jika mereka kelak gede kelak sponsornya dari banyak perusahaan. Saya bakal menyumbangkan sesuatu nan bisa membikin mereka menyadari bahwa mereka hebat," terang Irwan.
"Salah satu tujuan ya memang melestarikan jamu, tapi kan pabrik jamu nggak hanya saya. Dan tidak ada monopoli mereka hanya jual Sido Muncul alias mereka juga nggak bisa dimonopoli. Bukan maksud saya kelak angkringan ini mesti pakai produk Sido Muncul, ya mereka boleh saja (pakai produk lain)," tegasnya.
Usai mendapat wejangan dan motivasi dari bos Sido Muncul, para peserta training lanjut menerima beragam materi hingga ketrampilan teknis dari dr Rianti. Ia membeberkan soal faedah tiap jamu hingga mempraktekkan langkah seduh jamu agar nantinya bisa dikembangkan para peserta.
"Tentu ini adalah sebuah kesempatan untuk kita menjangkau masyarakat luas untuk mau minum jamu. Dengan angkringan ini diharapkan masyarakat bisa mendapat jamu nan mudah dan murah," jelas Rianti.
"Ada beberapa langkah untuk penyeduhan dan kelak bakal menjadi unik. Jadi angkringan-angkringan ini bakal bersaing dengan kafe-kafe nan menyediakan minuman tradisional kekinian," sambungnya.
Tujuan dari training ini ialah pelestarian jamu dan pengembangan upaya UMKM sangat dirasakan oleh salah satu peserta pelatihan, Retnasari (50). Pemilik angkringan Kopi Jos Blangkon di jalan Mangkubumi kota Jogja ini mengaku banyak mendapat daya positif dari training ini.
"Kemarin juga sudah diajak jalan-jalan ke pabrik untuk memandang proses pembuatan jamu. Terus sekarang diajari gimana langkah meraciknya," papar Retnasari.
Foto: Dok. Sido Muncul
"Terinspirasi dengan ceritanya Pak Irwan tadi ya, saya juga nggak menyangka Pak Irwan bisa sampai sejauh ini dengan omzet awal Rp 200 ribu. Kami juga gitu, jika sunyi ya memang agak down, tapi dengan cerita Pak Irwan tadi kami juga kudu optimistis," ujarnya.
Gayung bersambut, kata Retnasari, fans jamu tetap sangat banyak terutama di Jogja. Pamor Jogja sebagai kota wisata juga menurutnya bisa menjadi sarana nan tepat untuk melestarikan jamu.
Terlebih di tempat angkringannya nan notabene masuk di area wisata. Ia percaya kehadiran jamu di angkringannya bisa mendapat pasar nan cocok. Ia bilang, banyak nan menanyakan jamu ketika jajan di angkringannya.
"Banyak nan bertanya memang, alhamdulillah kan tempat saya di area wisata ya, itu banyak orang masuk angin (usai perjalanan jauh), mabuk perjalanan. Supir-supir pada ngetem di situ," ujar Ari.
"Ada pasarnya, lantaran jamu juga banyak nan tanya. Tapi sementara ini kan saya hanya menyediakan jahe, susu jahe, jahe serai. Mungkin jika angkringan kan ada nan sampai 24 jam, alias sampai malam. Kalau supir, alias nan kerja sampai malam lembur," pungkasnya.
(adv/adv)