Waka Mpr Nilai Pemikiran Bung Hatta Modal Penting Hadapi Tantangan Ekonomi

Sedang Trending 1 bulan yang lalu
ARTICLE AD BOX

Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyoroti tentang beragam tantangan nan dihadapi perekonomian Indonesia saat ini. Ia menilai pemikiran Bung Hatta dalam mewujudkan kedaulatan rakyat, gotong-royong dan keadilan sosial, dapat menjadi modal krusial untuk menjawab tantangan tersebut

"Pemikiran para pendiri bangsa mengenai pembangunan perekonomian nasional sejatinya bisa kita cermati berbareng sebagai bagian dari upaya untuk menjawab beragam tantangan nan dihadapi bangsa ini," kata Lestari dalam keterangannya, Kamis (20/3/2025).

Hal ini disampaikannya pada obrolan daring bertema Relevansi Pemikiran Sosial Ekonomi Bung Hatta Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia nan digelar Forum Diskusi Denpasar 12 berbareng Yayasan Hatta & LP3ES, kemarin (19/3).

Lebih lanjut, Lestari menjelaskan nilai-nilai nan ditanamkan para pendahulu bangsa dapat menjadi dasar pertimbangan bagi generasi sekarang dalam mengambil kebijakan menghadapi tantangan bangsa di sektor ekonomi.

"Pemikiran untuk menerapkan nilai-nilai kedaulatan rakyat, gotong-royong dan keadilan sosial dalam proses pembangunan ekonomi nan diperkenalkan Bung Hatta bisa menjadi salah satu dasar dalam menerapkan kebijakan ekonomi nasional," ungkapnya.

Lestari nan juga personil Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu pun berambisi generasi penerus dapat mengambil pelajaran dari sejumlah langkah para pendiri bangsa dalam menjawab beragam tantangan di masa lalu.

Ia juga mendorong para pemangku kebijakan saat ini untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai warisan para pendiri bangsa dalam menerapkan sejumlah kebijakan.

Sementara itu, Anggota Pembina Yayasan Hatta, Sri Edi Swasono mengungkapkan pada dasarnya ekonomi Pancasila merujuk pada Pasal 33 UUD 1945 nan di dalamnya terdapat dasar-dasar kerakyatan ekonomi.

Selain itu, perihal tersebut juga didukung oleh Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 dan dieksplisitkan pada sila ke-5 Pancasila, ialah Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Pada 1965 berasas penugasan dari Departemen Urusan Research Nasional, ahli ekonomi Emil Salim menulis naskah berjudul Sistem Ekonomi dan Ekonomi Indonesia. Pada naskah itu, Emil Salim menegaskan bahwa sistem ekonomi Indonesia sebagai sistem ekonomi sosialisme Pancasila," jelasnya.

Dalam pemikiran ekonomi Bung Hatta, lanjut Sri Edi, asas kekeluargaan adalah brotherhood nan mengedepankan kerukunan dan solidaritas sehingga ada tanggung jawab berbareng dalam setiap pengembangan perekonomian.

Sri Edi mengatakan Bung Hatta beranggapan sistem ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi sosialis. Adapun sosialisme Indonesia merupakan ekspresi jiwa bangsa Indonesia nan mendapatkan perlakuan nan tidak setara di masa itu.

Di sisi lain, Guru Besar Universitas Sumatera Utara, Budi Agustono menilai pemikiran Bung Hatta sejak awal bermaksud untuk mewujudkan strategi perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia. Menurutnya, Bung Hatta mempunyai sahabat-sahabat luar biasa di luar negeri nan mempunyai jejaring internasional di masa itu.

"Kondisi itu, membikin pemikiran-pemikiran besar Bung Hatta mengenai perjuangan Indonesia dan kemandirian bangsa sigap tersebar luas di dunia," paparnya.

Pada kesempatan nan sama, Dosen FEB Universitas Muslim Indonesia, Ratna Sari mengatakan pemikiran Bung Hatta bahwa koperasi adalah wadah untuk membangun ekonomi kerakyatan tetap relevan saat ini.

"Paham kerakyatan adalah gimana sistem ekonomi dan politik berpihak kepada rakyat," katanya.

Menurut Ratna, ada tiga prinsip pemikiran Bung Hatta, ialah mengenai kemandirian ekonomi, keadilan sosial dan kerakyatan ekonomi.

Bung Hatta percaya, tambah Ratna, negara merdeka itu kudu mempunyai perekonomian nan berdikari dan koperasi adalah corak ekonomi nan sesuai dengan budaya Indonesia.

"Dalam kerakyatan ekonomi itu, rakyat mempunyai kontrol atas sumber daya ekonomi nan ada. Sehingga rakyat tidak hanya punya kewenangan pilih, tetapi juga menentukan arah pembangunan ekonomi," bebernya.

Sementara itu Peneliti LP3ES, Zaenal Muttaqin mengungkapkan pemikiran sosial ekonomi Bung Hatta menegaskan pengetahuan ekonomi digunakan untuk menciptakan kemakmuran rakyat.

Menurut Zaenal, pemikiran Bung Hatta mengungkapkan bahwa tidak mungkin ada kemakmuran tanpa keadilan. "Ini merupakan kunci dalam penyelenggaraan pembangunan," tegas Zaenal.

Zaenal juga menilai langkah efisiensi nan dilakukan pemerintah saat ini berpotensi menimbulkan terjadinya ketimpangan. "Potensi ketimpangan itu dapat ditekan dengan menerapkan langkah-langkah sosial sehingga kemakmuran dapat tercapai," ucapnya.

Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI, Usman Kansong pun menilai pemikiran Bung Hatta tentang ekonomi, politik dan sosial berbasis pada kedaulatan rakyat. Dalam bagian politik, pemikiran Bung Hatta mengarah pada penerapan kerakyatan kerakyatan dengan kedaulatan berada di tangan rakyat.

Pada bagian sosial, misalnya pada pendidikan, pemikiran Bung Hatta mengatakan tujuan pendidikan adalah memberdayakan rakyat nan puncaknya tentu adalah terwujudnya keadilan sosial.

"Sementara pada bagian ekonomi, pemikiran Bung Hatta merujuk pada Pasal 33 UUD 1945 dan tentu saja koperasi. Bung Hatta mempelajari koperasi sampai negara-negara Skandinavia," lanjutnya.

Menurut Usman, pemikiran Bung Hatta memberi corak ke-Indonesia-an dengan religiusitas terutama keislaman. Sejumlah pemikiran Bung Hatta tersebut juga merupakan jalan tengah di antara komunisme dan liberalisme.

"Pertanyaannya apakah negara kita saat ini sudah betul-betul mengimplementasikan pemikiran-pemikiran Bung Hatta?" katanya.

Pada kesempatan itu, wartawan senior Saur Hutabarat mengungkapkan Bung Hatta pada tingkat doktoral sempat pindah bidang dari ekonomi ke Hukum Negara dan Hukum Administrasi. Dengan begitu, dapat dimengerti jika Bung Hatta mendapat sebuah frasa kuat nan bersuara 'Dikuasai oleh Negara.'

Selain itu, Bung Hatta juga merupakan sosok ekonomis, hidup sederhana, menganjurkan rakyat menabung, dan tidak ngemplang utang.

"Bung Hatta bayar utangnya ketika diberi pinjaman danasiwa sekolah di Belanda. Ketika pulang dari Belanda dia bayar itu utangnya," ujar Saur.

Saur juga membujuk untuk meneliti Perkumpulan Banda Muda nan dikelola Bung Hatta saat diasingkan ke Banda Naira. "Perkumpulan itu menginisiasi aktivitas olahraga, peminjaman buku, dan koperasi nan dapat memotong jalur pengedaran hasil bumi ke tengkulak," pungkasnya.

Sebagai informasi, obrolan tersebut dimoderatori Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Luthfi Assyaukanie, Ph.D. Diskusi ini menghadirkan Anggota Pembina Yayasan Hatta) Prof. Sri Edi Swasono, M.P.I.A., Ph.D; Guru Besar Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S.; Peneliti LP3ES/Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Zaenal Muttaqin dan Dosen FEB Universitas Muslim Indonesia & Fasilitator Kementerian Koperasi RI, Dr. Ratna Sari, SE.,M.Si.,Ak.,CA sebagai narasumber.

(ega/ega)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu