ARTICLE AD BOX
loading...
Kapal induk AS tidak lagi relevan dalam perang masa depan. Foto/X/@US7thFleet
WASHINGTON - Dengan berat nyaris 90.000 ton, dan panjang lebih dari 300 meter, Carl Vinson berkekuatan nuklir adalah salah satu kapal perang terbesar nan pernah dibuat.
Menyaksikan jet tempur FA18 dan F35-nya dilempar ke udara setiap satu alias dua menit oleh ketapel uap kapal induk adalah pengalaman nan menggetarkan, sebuah prosedur nan dikelola dengan ketenangan nan mengesankan oleh kru di dek nan penuh sesak.
Bahkan setelah bertahun-tahun kemajuan pesat dalam keahlian militer China, Amerika Serikat tetap tak tertandingi dalam kapasitasnya untuk memproyeksikan kekuatan di mana pun di seluruh bumi dengan armada 11 kapal induk supernya.
Tetapi apakah kapal induk senilai USD13 miliar alias setara Rp211 triliun nan dapat ditenggelamkan oleh rudal China terbaru dalam hitungan menit tetap masuk logika - terutama di era Donald Trump?
Kapal Induk AS Senilai Rp211 Triliun Tak Lagi Relevan dalam Perang Masa Depan, Berikut 5 Alasannya
1. Teknologi Militer China Jadi Ancaman
Carl Vinson ikut serta dalam latihan dengan dua kapal induk lain dan kapal perusak pengawal mereka dari Prancis dan Jepang, sekitar 200 km di timur Filipina. Karena tidak ada perang nan kudu dilawan, golongan kapal induk AS menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk melakukan ini, mempelajari langkah beraksi berbareng dengan angkatan laut sekutu. Tahun lampau mereka mengadakan satu latihan nan mempertemukan kapal-kapal dari 18 angkatan laut.
Kapal ini lebih kecil, tetapi merupakan nan pertama di Pasifik nan melibatkan kapal induk Prancis selama lebih dari 40 tahun.
Di hanggar besar, di bawah dek penerbangan nan bising, Laksamana Muda Michael Wosje, komandan pasukan penyerang Carl Vinson, sedang duduk berbareng rekannya dari Prancis, Laksamana Muda Jacques Mallard dari kapal induk Charles de Gaulle, dan rekannya dari Jepang, Laksamana Muda Natsui Takashi dari Kaga, nan sedang dalam proses diubah menjadi kapal induk pertama Jepang sejak Perang Dunia Kedua.
Charles de Gaulle adalah satu-satunya kapal perang di bumi nan menyamai beberapa keahlian kapal induk super AS, tetapi ukurannya pun hanya separuh dari ukuran mereka.
Ketiga laksamana itu penuh dengan keakraban.
Adegan menegangkan di Eropa, di mana orang-orang Presiden Trump menghancurkan kitab patokan nan menggarisbawahi tatanan internasional selama 80 tahun terakhir, dan memberi tahu mantan sekutu bahwa mereka sekarang sendirian, tampak seperti bumi nan jauh.
Laksamana Muda Jaques Mallard dari angkatan laut Prancis, Michael Wosje dari angkatan laut AS, dan Natsui Takashi dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang, di atas USS Carl Vinson